Saat mereka sudah tiba di ruang keluarga, nyatanya Seno masih belum menurunkan Naya dari gendongannya. Padahal di sana sudah terlihat Bram yang sedang menonton tv.
"Seno, aku mau turun." pinta Naya dengan kakinya yang sudah tidak bisa tinggal diam.
"Eh, pah. Sudah pulang kerja ternyata," sapa Seno basa-basi saat Bram menoleh ke arahnya. Ia tidak merespon permintaan Naya.
Bram sedikit menaikkan alisnya, ia benar-benar baru melihat Seno sejahil itu terhadap Naya. Tatapannya pun beralih pada Naya yang sejak tadi terlihat sibuk membisikkan sesuatu pada Seno, tapi Seno tidak menggubrisnya.
"Papa, Seno gak mau nurunin Naya." Naya mencoba mengadu karena ia sudah benar-benar malu harus seperti itu di hadapan mertuanya.
"Seno, turunkan Naya. Kita harus segera memulai memasak," bukan Bram yang berbicara, tapi Fania yang sejak tadi melihat rengekan Naya.