Seno memejamkan matanya dengan waktu yang sangat lama, ia sudah sangat sabar menunggu Naya menerimanya. Tapi kini ia pun diminta lagi untuk sabar menghadapi sikapnya yang belum bisa menjadi istri seutuhnya. Seno membuang nafasnya kasar, "Baiklah, Naya. Aku paham, sekarang istirahatlah." pinta Seno lagi yang memilih untuk mengatakannya simple dan tidak berkepanjangan.
Bukannya melepaskan pelukannya, Naya malah menggeleng enggan menuruti permintaan Seno. Ia merasa jika Seno belum tulus memahami keinginannya, karena ia pun belum mendengar apa keinginan Seno. "Aku tidak akan melepaskan pelukanku sebelum kamu memberitahu apa keinginanmu sekarang," ucap Naya.
"Lebih baik kamu tarik ucapanmu itu, istriku. Karena keinginanku sangat bertabrakan dengan keinginanmu, jadi lebih baik pergilah. Istirahatkan tubuh dan pikiranmu, jangan sampai terlambat di hari esok." titah Seno lagi.
