"Udah sini, daripada mubazir mending dipake."
Dito membulatkan kedua matanya saat Naya mengatakan itu, padahal baru saja ia berekspresi kesal agar Naya paham dengan ketidaksukaannya. Dengan cepat ia kembali merebut baju dan surat itu, "Enggak, ah. Gue sebagai sahabat gak bisa lihat Lo pake baju pemberian dia. Gak rela, gue." ketus Dito tak suka.
Seketika Naya terkekeh pelan, "Siapa yang mau make baju ini, sih? Aku mau kasihin ke mbo Ipah. Besok mbo Ipah kesini karena kita mau dipijat. Badan udah pegel-pegel soalnya," tutur Naya sambil meraih benda yang tadi direbut Dito.
Dito mengernyit, ia tidak paham siapa yang dimaksud kita oleh Naya.
"Kita itu, aku, bi Nemi, bi Mirna, dan mba-mba lainnya. Sekarang aku membuat program 'ajit' atau 'ahad pijit'. Jadi setiap hari Ahad di Minggu kedua dan keempat wanita yang ada disini harus dipijat." jelas Naya.