Rasa senang menggelora di jiwa Naya dan Dito. Mereka tidak menyangka jika Bram akan setuju secepat itu. Apa yang mereka kira sebelumnya ternyata tidaklah benar. Tuhannya sudah membuat rencana yang tepat untuk menyatukan Naya dan Dito.
"Apa papa tidak sama sekali keberatan? Seno baru saja meninggal, pah. Jika salah satu diantara kalian ada yang tidak setuju, Naya rela ko menunda ini." tutur Naya perlahan.
Naya memnag tidak mau jika salah satu dari kedua mertuanya ini tidak setuju. Ia lebih baik bicara sekarang daripada nanti setelah dirinya menjadi istri Dito.
"Apa yang kamu tanyakan, menantuku? Papa tidak sama sekali keberatan. Seno meninggal sudah menjadi takdirnya, dan sekarang kami ikhlas. Untuk pernikahanmu bersama Dito bukannya Seno pun memintanya seperti itu? Terlebih kalian memang dulu sering bersama. Tidak ada yang salah, dan tidak ada yang merasa keberatan." tutur Bram meyakini. Hal ini membuat Naya lega atas penuturannya.