"Din, malu." rengek Naya sambil menarik pergelangan tangan Dinda agar tidak turun dari mobil.
"Ya ampun, Naya. Malu kenapa? Kaya anak kecil, deh. Kenapa sih kamu jadi gini? Naya yang aku kenal biasanya dewasa."
"Dewasa emang iya. Tapi kan aku udah salah paham. Jadi sekarang aku malu. Pasti Dito bakal ngejek aku." Bibir Naya maju lima senti. Membuat Dinda mencubit mulut monyongnya sambil bergerayam gemas. "Sudah, aku turun dulu. Sekarang ada kelas terakhir dan aku gak mau kelewatan. Ya! Selamat berbaikan, tuan muda Naya." ejeknya yang langsung turun dari mobil Naya.
Disana Dinda langsung meminta Dito untuk masuk. Tanpa menunggu lama Dito pun masuk dengan wajah yang sudah sangat pucat. Kali ini pucatnya bukan karena sakit, tapi karena merasa cemas Naya tidak memaafkannya. Padahal dirinya tidak merasa menyukai Rahma.