"Tadi saya hanya berdrama, nona. Tenang saja. Saya akan terus memanggil nona dengan panggilan yang baik. Nona tidak perlu kahwatir, ataupun mengingatkan saya lagi. Karena saya tidak lupa, melainkan berdrama." tutur Dito membalas ucapan Naya. Naya jadi tidak bergeming. Seketika perasaan senangnya hancur berkeping-keping.
Bangunan datar di dalam dirinya yang sudah diruntuhkan beberapa menit yang lalu kini terbangun lagi. Naya merasa Dito memang sudah tidak akan berubah. Mereka akan tetap menjadi nona dan anak buah layaknya orang lain.
"Kenapa nona tidak bersuara? Apa nona marah karena tadi saya tidak memanggil dengan panggilan yang layak?" Dito menatap wajah Naya yang jelas terlihat bersedih. Dito tahu jika Naya sangat sedih dan kecewa kepadanya. Tapi ia tetap berusaha santai agar dirinya tetap merasa nyaman dan tidak berharap lebih lagi.
