"Mi, maafin papi dong. Jangan begini. Papi akui jika papi salah, tapi sekarang plis maafin kesalahan papi. Papi gak bisa lalui ini semua tanpa dukungan mami." Bram terus membujuk Fania saat mereka sudah ada di dalam kamar. Naya pun sudah pulang meninggalkan sebuah harapan agar Fania dan Bram bisa segera akur seperti biasa lagi.
Bukannya tidak mau berlama-lama di rumah Dristamto Xei, tapi ia sangat tahu apa yang harus ia lakukan ketika kedua mertuanya sedang bertengkar. Tidak baik menurutnya jika dirinya terlalu mengikuti urusan mereka.
Disana Fania tidak bergeming. Ia tetap diam dengan mata yang masih fokus menatap layar televisi yang ditempel di dinding kamar. Suasana di kamar saat ini bagikan ruang kosong tanpa adanya kehidupan. Meskipun televisinya menyala, tapi volume yang dipasang tidak terlalu tinggi.
"Mami, jawab dong. Papi ngaku salah, maafin papi." Bujuknya lagi.