Tiba-tiba Naya mencekal kepalanya dengan sangat kuat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya baru kemarin ia bertemu dengan Rafael, dan kini ia sudah kehilangannya juga.
"Nona muda!" Panggil Dito saat Naya tertunduk jongkok. Kepalanya terasa semakin berat dan bayangannya perlahan menghitam. Tapi ia berusaha tahan untuk tidak pingsan di tempat seperti itu. Disana pun tidak ada Dinda atau teman perempuan lainnya. Ia tidak mungkin dibantu oleh Dito, rasanya akan sangat kaku untuk melewatinya.
"Dit, rasanya ujian berkali-kali lipat satang kepadaku. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Dan aku tidak mau ini terjadi padamu. Hidupku pasti akan lebih hancur." ungkap Naya. Tanpa sepengetahuannya, Dito takjub dengan apa yang diungkapkan Naya barusan. Apa yang dirasakan Naya, ia pun merasakannya. Namun, saat ini ia tidak ingin mengungkapkannya.