"Sudah, sudah.Tidak boleh ribut lagi." Rafael menengahi. Padahal sebelumnya ia tidak mau mencampuri urusan keduanya. Terlebih Seno sedang sakit seperti itu.
Seno tertawa tipis lagi, "Gue hanya mau titipin Naya sama Lo. Gue gak tau sih kelanjutan hidup gue kedepannya seperti apa, tapi yabg pasti gue ingin Naya tetap aman dan hidupnya terhamin." tiba-tiba Seno mengungkapkan demikian. Membuat Dito terdiam kaku, dan merasa bersalah karena sudah mendebatnya.
"Sen, tunggu-tunggu. Lo gak boleh ngomong kaya gitu, gue jadi sedih rasanya. Gue emang gak peenah setuju sama pernikahan Lo, tapi gue juga gak mau Naya sedih gara-gara Lo pergi." ucap Dito.
Di sini Seno tidak menjawab lagi, ia memalingkan wajahnya sambil meringis menahan rasa sakit di kepalanya.
Di sisi lain, Naya semakin gusar menunggu suaminya yang tidak kunjung datang. Padahal beberapa jam lagi ia harus dibawa ke ruangan operasi. Dengan itu ia meminta pada papa mertuanya untuk mencari Seno.