"Ma, apa yang Mama lakukan?! Menampar tidak akan menyelesaikan masalah. Mama tidak boleh main tampar Naya sembarangan, itu berarti mama juga sudah menampar Seno, ma." Seno tidak terima dengan sikap mamanya yang seenaknya. Seharunya Fania bisa mengontrol emosinya agar tidak sampai bermain fisik, tapi nyatanya tidak demikian.
Bram yang merasa tamparan itu tidak ada di skenario pun langsung menghampirinya. Dengan satu cekalan ia bisa menghentikan ocehan istrinya yang sedang memarahi Seno. Ia membawanya beberapa langkah dari anak dan menantunya untuk berbicara serius.
"Mami, apa yang kamu lakukan?! Bukankah tamparan itu tidak ada di skenario? Kamu hanya berdrama menjadi Fania yang sebelumnya. Kenapa sampai harus menampar Naya?" herannya.
"Papi, aku kebablasan. Tadinya aku cuma mau teriak aja, tapi tangan ini tiba-tiba melayang begitu saja. Bener papi, mami gak ada niatan." bisik Fania panik.