"Kenapa, gak bisa terima aku berbicara seperti ini? Katanya nganggep mama mertua, tapi dinasehati gitu aja lemah. Kamu ini, pusing jadinya kepalaku. Harusnya aku tidak ik…,"
"Ma, cukup ma. Tidak perlu menasehati Naya berlebihan seperti itu, sekali dinasehati pun istriku pasti akan menerimanya dan mencernanya."
"Bukan hanya menerima atau mencerna, Seno. Tapi harus dilaksanakan, mama tidak mau geram lagi cuma gara-gara hal sepele kaya gini." Fania kembali memotong ucapan Seno.
Seno ingin menjawab lagi, tapi Naya langsung menggenggam tangannya dan meminta agar tidak lagi menjawabnya. Akhirnya Seno terdiam dengan wajah yang menggeram. Ia tidak akan memaafkan sikap mamanya jika sampai membuat Naya sakit karena memikirkan ucapannya yang menyakitkan.