Sontak Naya memeluk Seno dengan erat, lalu ia menjingkrak-jingkrak karena saking bahagianya bisa kembali melihat cobek peninggalan ibunya yang utuh.
"Sepertinya cobek punyamu itu ada yang jaga, Naya. Atau enggak, apa iya cobek itu mengandung arwah?!" tanya Seno dengan pertanyaannya yang aneh.
Naya langsung melepaskan lagi pelukannya, lalu ke mendorongnya hingga jarak mereka terbentang jauh. Tatapan Naya berubah menjadi tatapan mematikan, membuat Seno merasa bersalah atas apa yang sudah ia katakan barusan.
Perlahan ia mendekatinya dan meminta maaf jika ucapannya sudah menyinggung perasaannya, tapi Naya malah semakin menjauh dengan tatapannya yang masih terlihat menyeramkan. Tidak ada lagi aura yang mempesona di wajah Naya, ia hanya meninggalkan kerutan alis dan mata yang membulat sempurna.