"Apa maksudmu, suamiku? Siapa yang akan pergi ke luar negeri?" heran Naya.
"Kamu, Naya. Papa sudah memutuskan ini untukmu."
Lagi-lagi Naya membulatkan matanya, ia tidak menyangka jika apa yang diucapkan suaminya barusan adalah sebuah kenyataan bukan gurauan. Belum saja ia menjawab pernyataan suaminya, sang papa mertua sudah mengiriminya pesan dan memberitahunya jika Minggu depan ia akan diberangkatkan ke Denmark untuk pelatihan sekaligus mencari pengalaman di negara yang ada di eropa ini.
Naya hanya bisa clingukan tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, karena jujur ia tidak tahu dan belum pengalaman juga jika harus pergi jauh seperti itu. Terlebih sekarang ia harus mengurus Zaina seperti anaknya sendiri. Ia belum bisa menyelesaikan kesepakatannya bersama dengan pengasuh Zaina, dengan begitu ia tidak mungkin mengambil keputusan yang tidak sejalan.
