Sepanjang perjalanan ketika pesanan Fania sudah dibeli, Bianca tetap berusaha untuk tenang. Ia sangat menunggu momen di mana calon mama mertuanya akan melakukan rencana lanjutannya.
Di sana pun tidak ada obrolan sama sekali, baik dari Seno ataupun Bianca. Mereka tetap fokus pada pikirannya masing-masing, dan pada jalanan yang penuh dengan motor dan mobil yang berlalu lalang.
"Naya?!" lirih Seno saat handphone-nya berdering.
Dengan cepat Seno mengangkat panggilannya, terdengar suara wanita yang paling dicintainya. Ia menyapanya begitu lembut, membuat Bianca iri dan terus merasa kesal pada Naya. Bahkan tangannya meremas kain bajunya hingga tampak kusut. Seno tahu itu, tapi ia tetap mengabaikannya dan kembali berbincang dengan Naya.
