"Naya, Naya, kamu mau kemana? Tolong dengarkan aku, Naya. Ini semua tidak seperti apa yang kamu lihat, aku memang ingin bertemu denganmu, bukan dengan Bianca." Seno terlihat panik saat melihat Naya yang sedang berkemas.
Naya hanya terdiam, ia tidak menggubris bujukan suaminya sedikitpun. Ia terus melipat baju dan memasukannya ke dalam koper, kecuali pakaian pemberian dari suaminya. Air matanya terus berjatuhan dengan dada yang terasa sesak, sesak bukan karena memang syok memperegoki Seno dengan Bianca, tapi sesak karena akhirnya rumah tangganya di ujung kehancuran. Ia tidak menyangka jika Bianca adalah masa lalu Seno yang masih setia menunggu, pengakuannya memang sangat menyakiti hati.
"Naya, istriku. Plis kamu jangan lakukan ini, kita bisa bicarakan baik-baik. Semuanya salah paham, dan kamu tidak bisa pergi begitu saja karena tidak mendapatkan izin dariku."