Sang florist mengontrol semua dekorasi yang sudah didekornya dengan baik, terlihat bunga-bunga indah terhampar di sepanjang jalan. Karpet putih berkombinasi old corn pun terhampar lurus menuju pelaminan.
"Kamu sudah siap, sayang?" tanya Fania pada Seno.
"Tidak perlu ditanya, ma. Rasanya aku sudah mau sah saja, padahal sebenarnya sudah sah." Seno terkekeh.
Bagaimana Seno tidak sabar, selama satu hari satu malam ia tidak dipertemukan dengan Naya. Bram bilang Seno harus melihatnya ketika selesai akad nanti, ia akan menyalaminya dan mengecup keningnya di depan semua orang.
"Ma, Naya di mana?" Seno merasa rindu.
Fania yang mendengarnya langsung tertawa, ia tahu kenapa anaknya bisa berbicara seperti itu. Semalam suaminya sudah memberitahunya, dan ia sangat setuju dengan ide yang dibuatnya. Ketika semua sudah siap dan akad sudah dilakukan, Naya datang dengan rengrengan bridesmaid-nya. Terlebih Dinda yang merangkul lengannya.