Keberangkatan Naya dan orang-orang terdekatnya ke labuan bajo menggunakan jet pribadi milik Seno. Dinda bahkan takjub saat dirinya menaiki jet mewah itu, karena selama ini ia belum pernah menaikinya. Naik pesawat pun bisa dihitung dengan jari. Apa yang dirasakan Dinda juga dirasakan oleh Naya, ia pun baru kali ini menaiki jet pribadi. Bahkan yang lebih parahnya lagi, Naya tidak pernah naik pesawat sama sekali. Jadi ketika take of, Naya menggenggam erat tangan Seno.
Kampungan memang, tapi itulah Naya yang dulunya hidup dalam keteratasan ekonominya. Beruntung Seno mencintainya tulus dan ia pun tidak merendahkan Naya yang tidak tahu apa-apa selain masak, kepengapan ketika duduk di dalam angkot, dan capeknya ketika motor butut mogok.