Rintik hujan dan suara sambaran petir terdengar di tengah malam membuat Raisa terbangun dari mimpinya.
" Astaga hujannya lebat sekali"
Tak
Lampu pun mati membuat Raisa meraba kasurnya untuk mencari ponselnya.
" Oh tidak, Papah sama Mamah masih belum pulang dari pejalan bisnis, dan para pembantu pasti sudah terlelap semua"
Tap
Tap
Terdengar suara langkah kaki dari arah lorong yang membuat Raisa menyalakan senter ponselnya.
" Siapa itu? Bi, apakah itu kau?"
Tap
Tap
Suara itu semakin dekat dengan kamarnya dan membuat Raisa turun dari ranjangnya dan membuka sedikit celah pintu kamarnya.
Ketika petir menyambar ia melihat bayangan seseorang yang membawa pisau dan membuat ia buru-buru kembali masuk kamar dan menguncinya.
" Astaga, aku harus menelpon Angga" saking paniknya ia hampir terjatuh ketika mulai mendekati ranjangnya.
" Pliss beb, angkat telponnya"
Dak
Dak
Dak
Suara gedorang yang sangat kencang membuat Raisa semakin panik, ia pun segera berlari dan menggeserkan nakas kecil supaya menghalangi pintu itu terbuka.
" Hiks, ya tuhan selamatkan aku"
Dak
Dak
Suara gedoran pintu tak henti-henti membuat Raisa kembali mendekati ponselnya.
" Aku harus telpon Reina"
Raisa pun mencoba menelpon sahabatnya itu.
Tutt
" Hall..."
" Na, tolong"
Suara panik terdengar disebrang telpon " Kamu dimana sekarang?"
" Hiks... di rumah, tolong aku Na, ada seseorang yang masuk kedalam rumah dan ia membawa senjata tajam"
" Kamu tenang yah, aku sama Bang Reno segera kesana dan jangan coba matikan telponnya, nanti aku telpon polisi dengan ponsel Abang"
"Hiks..." Raisa hanya menganggukan kepala dan mencoba tenang walaupun ia panik dan gelisah dengan suara gedoran pintu itu yang tak berhenti.
Sedangkan disebrang sana Reina berlari ke arah kamar Reno untuk meminta bantuannya.
Tok
Tok
" Abang" Ia mencoba setenang mungkin supaya tidak membangunkan kedua orang tuanya.
" Aduh, keknya abang tidur"
Reina pun mencoba membuka kamar Reno dan untunglah kamar tersebut tidak dikunci.
Ia mendekati Reno dan mulai mengguncangkan bahu Reno untuk membangunkannya.
" Bang, Ayo bangun bang"
" Hmm... Abang masih lelah Dek"
" Darurat bang, cepet bangun"
Reno yang lelah pun terpaksa mendudukan dirinya " Apa sih Dek yang darurat? Bunda ngidam?"
Pertanyaan absurd Abangnya pun membuat Reina mencubit paha abangnya.
" Astaga, sakit Dek"
Ketika Reina akan menjelaskan hal darurat tersebut terdengar suara jeritan di ponselnya dan membuat Reina semakin panik dan Reno yang melotot karena kaget.
" Apa itu?"
Reina bukannya menjawab tapi menitikan air mata.
" Cepet Bang, Raisa butuh bantuan kita. Hiks.."
Tanpa berfikir lama Reno menggandeng Reina untuk segera pergi ke rumah Raisa.
Di perjalanan pun ia mencoba meminta bantuan anak buahnya untuk melihat kondisi disana.
Sedangkan Reina masih mencoba untuk menghubungi Raisa kembali yang tiba-tiba sambungan telpon tadi terputus.
" Bang"
Reno melirik Reina sebentar " Tenang Dek, Raisa pasti baik-baik saja. Kamu sudah coba menghubungi Angga?"
" Sudah bang, tapi nomornya tidak aktif"
" Coba hubungi Sena, minta ia untuk melacak dimana Angga. Abang khawatir Angga akan dilibatkan juga"
Reina pun menganggukan kepalanya dan mulai mencoba menelpon Sena.
Tutt
" Hoam, ia Na ada apa?"
" Kak Sena, tolong lacak nomor Angga dia susah dihubungi"
" Mungkin dia tidur Na"
Reno yang mendengar sedikit suara Sena pun meminta Reina untuk meloudspeaker hpnya.
" Sen"
" Kenapa Ren?"
" Raisa dalam bahaya, mungkin saja Angga pun demikian, jadi cepatlah kamu lacak nomornya"
Sena yang mendengar penjelasan Reno langsung berlari kearah laptopnya.
" Kalian sedang dalam perjalanan kesana?"
" Ya / Ia Kak"
" Baiklah! setelah aku menemukan posisi Angga, aku akan memerintahkan anak buah ku ke lokasinya dan aku akan menyusul kalian"
" Kabari kami jika sudah ada hasilnya"
" Oke Ren, kalian berhati-hatilah"
Setelah panggilan berakhir Reina mencoba kembali menghubungi Raisa.
" Ayolah Sa, angkat panggilannya"
Reno yang mendengar kegelisahan Adiknya pun mulai mempercepat laju mobilnya.
Triing
Terdengar suara ponsel Reno yang menandakan ada yang menghubunginya.
" Na, maaf angkat dan Loudspeak hp Abang"
Reina yang mengerti pun segera melakukan perintah Reno.
" Selamat malam Bos, kami sudah sampai di lokasi"
" Bagaimana disana?"
" Untuk satpam yang berjaga di depan sepertinya terkena bius dan untuk kondisi di dalam anak buah kami sedang memantaunya"
" Oke, terus berikan kabar dan yang paling utama kalian cari Raisa"
" Baik Bos"
Setelah panggilan selesai Reina hanya menatap ponsel Reno yang mulai mati dan ia merapalkan doa untuk keselamatan sahabatnya tersebut.
*Rumah Raisa
Terlihat Raisa yang mencoba bersembunyi di loteng untuk bersembunyi dari pria yang mengejarnya.
" Kamu sembunyi dimana? Keluarlah, atau kekasihmu tidak akan selamat"
Mendengar itu Raisa semakin tegang dan mulai menitikan air mata tanpa bersuara.
' Tuhan, selamatkanlah kekasihku' batinnya.
" Ayolah gadis kecil, segeralah kemari. Aku tidak sabar ingin mencingcang dagingmu itu"
Raisa pun semakin menyembunyikan dirinya dan menahan tangisannya.
' Reina, Kak Reno selamatkan aku' batinnya.
Saat pria itu semakin dekat dengan persembunyian Raisa, ia mendengar suara banyak langkah kaki ke arah loteng.
" Sial, kamu mendapatkan bantuan dari mana gadis kecil"
Pria tersebut kemudian mendekati persembunyian Raisa dan menarik rambut Raisa hingga Raisa menjerit kesakitan.
" Argh, lepaskan Hiks.. sakit " Raisa pun tak kuasa menahan tangisnya.
" Berisik, cepat berdiri"
Mau tak mau Raisa mengikuti apa yang diperintahkan pria tersebut.
Jeritan Raisa terdengar sampai keluar yang menyebabkan Reina yang baru tiba dilokasi hampir berlari ke arah rumah sahabatnya tapi ia dihadang oleh Reno.
" Dek Tenang, Abang dan yang lainnya ke sana. Kamu tunggu di mobil sampai Sena memberi kabar yah, demi keselamatan kamu"
Reina yang menangis mendengar teriakan Raisa tadi hanya menganggukan kepalanya mulai masuk kembali ke dalam mobil.
" Jaga adik saya " perintah Reno pada anak buah kepercayaannya.
" Baik, Bos"
Sementara itu di Apartemen Sena
Terlihat Sena yang sedang mengotak-atik Laptopnya mencari keberadaan Angga.
" Kemana anak itu"
Drtt
Drtt
Sena yang sedang fokus pun tersentak dengan suara nyaring ponselnya.
" Nomor tak dikenal? " ucapnya bingung, tapi dia tetap mengangkat panggilan tersebut.
" Hall..."
" Hah, Kak Sen, Hah.." suara disebrang sana terdengar terengah-engah seperti menahan sakit.
" ANGGA " Sena yang mengenal suara itu reflek berteriak.
" Hah.. Kak, tolong hah.. selamatkan Raisa"
" Kamu tenang saja, untuk gadismu Reno dan anak buahnya sedang ke sana. Sekarang kamu dimana? Sepertinya kondisi mu tidak baik-baik saja"
" Syukurlah, Hah... aku tak tahu dimana ini... hah"
" Kalo gitu kamu tunggu dan bersembunyi disana kakak akan melacak ponselmu ini dan segera kesana"
" Terima Kas..... Bugh... Tutt... Tutt..."
" Hallo, GA? Kamu baik-baik saja? Hallo"
Entah apa yang terjadi disebrang telpon, hal itu membuat Sena panik dan buru-buru melacak terakhir ponsel tersebut aktif.
" Ya tuhan, semoga anak itu baik-baik saja"
Setelah menemukan lokasi Angga, Sena pun menelpon anak buah kepercayaannya untuk segera ke lokasi dan mencari keberadaan Angga.
Kembali ke Rumah Raisa
Disana suasana semakin panas, penculik membawa Raisa mendekati jendela yang ada di loteng, dan membuat Raisa ketakutan. Sedangkan anak buah Reno sedang berusaha mendobrak pintu atap tersebut.
" Kamu takan selamat gadis kecil "
" Hiks... tapi apa salah saya?" Raisa yang menangis dan bingung dengan kondisi ini hanya pasrah saja di seret oleh pria itu.
" Apa kamu tidak ingat?"
Raisa hanya menggelengkan kepalanya.
" Wanita bodoh, kau dan gadis satu lagi memergoki kami dalam pembunuhan"
Raisa yang mendengar itu menegang dan semakin ketakutan.
" Akhirnya kau ingat yah, setelah kau mati temanmu akan menyusul. Jadi tenanglah aku akan membunuhmu dengan sekali rasa sakit"
Pria tersebut kemudian tertawa terbahak-bahak yang membuat Raisa semakin histeris dan berusaha kabur dari cengkraman pria itu.
Brak
Suara pintu yang di dobrak mengalihkan perhatian pria itu.
" Sial, mereka telah berhasil mendobrak pintunya"
Prank
Jendela yang di dekat Pria tersebut dipecahkan olehnya dan ia segera menembakan tali ke arah spohon yang ada di sebrang sana.
Tuk
Tuk
Semakin cepat juga suara langkah kaki yang mengarah pada tempat mereka.
Pria tersebut mengikat badan Raisa dengan cepat, walaupun Raisa sudah berulang kali berontak tapi pria itu menamparnya agar Raisa diam.
" Berhenti berontak, atau aku akan membunuhmu disini"
Yang membuat Raisa diam tak berkutik.
Ketika pria itu akan loncat bersama Raisa terdegar teriakan kencang.
" Berhenti disana"
Pria tersebut hanya menyeringai dan berkata " Atau apa? Kalian akan menembak?" ucapnya menantang.
" Tapi maaf tugasku belum selesai. Jadi, selamat tinggal"
Ia pun loncat dari jendela itu dengan tali tadi, bersama Raisa yang masih di ikat"
Dor
Tembakan dari pistol salah satu anak buah Reno meleset.
" Keadaan darurat, target kabur lewat jendela dan mengarah ke belakang rumah"
" Laporan diterima"
Anak buah Reno pun mulai berpencar kembali dan mengutamakan ke tempat target tersebut mendarat.