Setelah sampai di lokasi pendaratan target tadi, anak buah Reno tidak melihat target dan mulai berpencar. Sedangkan Reno dan salah satu kepercayaannya yaitu Koko mulai menelusuri jalan sambil menggu target keluar.
" Aku yakin dia tak sendiri"
" Ia bos, sepertinya akan ada yang menjemput pria itu"
Reno menganggukan kepalanya,
dan tak lama terdengar suara mobil yang melewati persembunyian mereka.
Reno melirik anak buahnya tersebut " Seperti yang kita duga"
" Berikan sinyal kepada beberapa anak buahmu Ko"
" Baik Boss"
Kepercayaan Reno tersebut menekan salah satu kancing bajunya yang cangih dan disana terdapat alat untuk memberikan sinyal kepada anak buahnya yang lain.
Tak lama kemudian terlihat target bersama Raisa yang pingsan dan berada digendongan target tersebut mendekat mobil itu.
" Ko "
" Ia Bos?"
" Buat bocor ban itu "
" Baik Bos"
Koko, atau anak buah kepercayaan Reno itu diam-diam mendekati mobil bagian belakang target dan menusuk kedua ban belakangnya, setelah itu dia kembali ketempat semula.
" Sudah Bos"
" Bagus"
" Kalian sudah mengepung tempat ini?" tanya Reno yang melihat kedatangan para pengawal nya.
" Sudah bos"
" Bagus"
Mereka pun melihat target yang memasuki mobil, Dan ketika mobil akan melaju,
Ckiit
Suara gesekan ban bocor yang dipaksakan melaju pun terdengar dan membuat mobil jalan tak beraturan.
Mobil pun berhenti, dan salah seorang dari mereka keluar mengecheck bagian belakang mobil.
" Sial, ada yang menusuk bannya"
Ketika ia akan berbalik, ia merasakan benda dingin di bagian belakang kepalanya.
" Shuut, jangan berteriak. Atau nyawamu melayang" ucap Reno yang menodongkan pistolnya ke arah pria itu.
" Ikat dia" perintahnya.
Salah seorang yang lain pun turun dari mobil " Hei.. Kenapa kamu lam..." ia pun tak menyelesaikan ucapannya ketika melihat kondisi temannya.
Pria itu mulai menyiapkan pistol dan mengetuk Kaca belakang mobil, dan kaca mobil pun terbuka " Ada apa?"
" Kita dikepung Bos"
" Hah... bersiaplah untuk menyerang"
" Baik Bos"
Seseorang yang dipanggil Bos tersebut keluar dari mobil dan melihat sekitarnya.
" Well ternyata kita dikepung, kau anak yang sangat cerdas yah putra Mahendra"
Reno yang mendengar marga keluarganya disebut menajamkan penglihatannya untuk melihat siapa yang menyebutkan marga keluarganya itu.
" Apa kau mengenalku?" tanya Reno.
" Hahaha... cecunguk ini ternyata sudah lupa dengan pamannya sendiri"
" Paman?" Reno mulai berfikir, tapi ia tetap waspada.
" Ternyata ingatanmu dangkal bocah, 10 tahun yang lalu, salah seorang pamanmu dipermalukan dan di usir keluar dari keluarga Mahesa. Dia ditendang oleh Ayahnya sendiri yaitu Kakekmu"
Reno yang menengar itu memutar kembali ingatannya dan ia melotot.
" Paman Roxy"
" Akhirnya kau ingat, tapi maaf kita tak bisa bernostalgia lama-lama keponakan ku tersayang. Berikan salam sayangku kepada adikmu"
Ucapnya kemudian ia menembakan timah panas kearah Reno, akan tetapi Reno selamat karena Koko menariknya.
" Bos, fokus"
Reno yang mendengar itu siap siaga kembali.
Dor
Dor
Suara tembakan pun semakin jelas, dan membuat Roxy beserta anak buahnya kewalahan.
" Kita pergi dan tinggalkan gadis ini di mobil, kalo bisa kita tembakan mobil ini sampai hancur"
" Baik bos, aku akan menjadi tamengmu"
Roxy pun mencari jalan pintas untuk keluar dari sana dan berlari secepatnya yang membuat Reno akan mengejarnya, tapi...
Dor
Reno menghentikan larinya dan melihat anak buah pamanya tersebut mengarahkan tembakan pistolnya ke arah mobil, dan ia berlari terburu-buru untuk mengeluarkan Raisa.
" Tangkap Pria itu" teriaknya.
Dor
Dor
Terlihat percikan api yang mulai menyala dari arah belakang mobil membuat Reno panik seketika.
" Ya tuhan selamatkan kami"
Duar
Mobil pun meledak yang membuat Koko berlari mencari keberadaan tuanya.
" Kalian bawa pria itu ke dalam mobil, dan borgol dia. Siasanya ikuti saya" ucapnya tegas walaupun ada nada kepanikan disana.
" Bos, semoga anda selamat"
" Abang...." suara histeris Reina terdengar dipendengaranya Koko.
" Semuanya tahan Nona, jaga dia sampai tuan ketemu"
" Awas, abangku dimana?"
" Nona, tunggulah disini kami akan mencarinya"
" Ngak, Hiks Abang" Reina pun duduk bersimpuh sambil menangis.
Koko yang melihat nonanya seperti itu segera mempercepat pencarian tuanya itu.
Brak
Terdengar suara pintu mobil yang sudah terpisah terjatuh.
" Ohok, ohok ... Syukurlah, untung tak terlambat"
Koko yang mendengar itu mendekati suara tadi dan ia melihat Reno yang terlihat sedang menyandar pada pohon disekitar sana dengan Raisa yang disebelahnya masih dalam keadaan pingsan.
" Bos" Koko tak dapat menahan rasa syukurnya melihat tuannya baik-baik saja.
" Hai Ko, bisa bantu aku?"
" Selalu" ucapnya mendekati tuannya.
Koko memerintahkan salah satu anak buahnya untuk membawa Raisa dan ia akan menuntun tuannya sendiri.
" Bos, tanganmu patah?"
" Jangan pedulikan, yang penting adikku yang kedua ini selamat"
Koko hanya mengangukan kepalanya dan berkaca-kaca.
" Kau kakak yang terbaik Bos"
Reno yang mendengar itu hanya terkekeh.
" Tapi bos, jangan lupakan Adik kandungmu yang menangis histeris mendengar ledakan mobil itu"
" Hmm, Reina?"
Koko menganguk.
" Hah, kau benar adik kesayanganku pasti sekarang sedang menangis mencari Abangnya tercinta, Hahaha"
Koko yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya.
" Kalo begitu kita harus menenangkanya kan?"
" Ia Bos"
" Tuntun aku dengan kekuatan mu itu, hahaha"
" Siap Bos, aku akan selalu menuntunmu di jalan benar'
" Kau melucu yah"
" Tidak Bos, tapi itu kenyataan"
" Dasar kau ini"
Mereka pun tertawa bersama.
" ABANG" teriakan Reina pun membuat Reno tersenyum.
" Hai.. Adeknya abang ternyata bisa secengeng ini yah"
Grab
" Hiks... Abang tega, bikin Reina khawatir Hiks"
" Maaf Dek, kalo sahabat kamu gak selamat gimana? Yang ada kamu terpuruk juga"
" Yah abang jangan nekad juga, kalo Abang pergi Hiks.. Reina sama siapa? Hiks.. nanti Ayah sama Bunda apalagi Reina pasti terpuruk banget"
" Ya ampun Dek, doain aja yah... semoga Abang menua bareng sama Adek"
Reina hanya menganggukan kepalanya sambil mempererat pelukkanya.
" Ya udah, sekarang kita ke Rumah Sakit yuk, check keadaan Raisa"
" Dan jangan lupa tangan anda bos"
Reina yang mendengar itu menegakan kepalanya " Tangan? Abang terluka?"
Reno hanya menghela napas dan mendelik ke arah Koko yang terkekeh.
" Bang"
" Hehehe... cuman patah tulang kok Dek"
" Astaga., bang cuman? Ayo pergi ke Rumah Sakit"
" Ia, ia ayo"
Mereka pun pergi ke Rumah sakit, sedangkan rumah Raisa sekarang sedang di amanan oleh polisi dan akan ada penyelidikan tentang kejadian tadi.
Ditempat lain
Terlihat Sena sedang mengemudikan kendaraannya dengan cepat.
" Untung jalanannya kosong, coba kalo macet pasti aku blokir jalan utamanya"
Drrt
Drtt
" Hallo "
" Ia Ren? Kalian masih di lokasi?"
" Ngak, Kita lagi perjalanan menuju RS"
" Gimana keadaannya Raisa?"
" Kita belum tahu Sen, tapi tadi Raisa sangat kacau, ada lebam di pipinya dan juga dia masih pingsan"
" Astaga, semoga keadaannya baik-baik saja"
" Yah semoga, kamu udah nemuin lokasi Angga?"
" Udah Ren, sekarang aku dan anak buahku menuju lokasi, tapi.."
" Tapi kenapa Kak?"
" Hai Na, kamu jangan khawatir... Kak Sena segera ke tempat sahabatmu kok"
" Bilang aja Kak, Reina ngak apa-apa..."
Sena ragu untuk memberitahukan tentang ketidak tahuannya tentang kondisi Angga.
" Huh... nanti Kak Sena kabari lagi yah, sekarang Kak Sena sedang terburu-buru untuk sampai ke lokasi Angga"
" Bang"
" Shutt kamu tenang yah Dek, Sen.. kalo gitu kita tunggu kabar dari kamu"
" Oke Ren"
Tutt
" Astaga, kalo aku kasih tahu Reina tentang Angga, bisa-bisa dia menyusul ke lokasi, dan ternyata Angga berada di lokasi berbahaya"
Sena menghela nafas berat, ia memikirkan taktik untuk menyelamatkan Angga.
" Tungu Kakak disana Ga, kamu harus bertahan demi semuanya terutama demi Raisa dan Reina"
Brmm
Sena pun menaikan kecepatan mobilnya.
*Kediaman Mahendra
" Bun, bangun Bun"
" Kenapa Yah? Masih malam juga.. besok Bunda ada kerjaan"
" Bun, ini keadaan darurat Bun, anakmu"
Rose yang mendengar itu menegakan badanya " Ada apa dengan anak-anak ku?" teriaknya.
" Astaga, bisakah kamu pelankan suara toamu?"
" Apa kamu bilang? Toa? Dasar lelaki Tua" Rose mencekram kerah baju Roy
" Hehehe... ngak sayang, suara kamu merdu kok kek burung waktu bernyanyi"
Rose yang masih sebal dengan perkataan suaminya pun mencubit perut suaminya.
" Astaga sayang, sakit"
" Rasain"
Roy hanya pasrah dan mengusap bagian yang dicubit oleh istrinya. Dan Rose hanya menghela nafas kemudian ia memukul tangan suaminya.
" Apa yang tadi mau katakan suamiku tersayang?"
" Oh ia, hampir saja lupa"
Rose hanya menghela nafas.
" Jadi?"
" Anak kita kabur"
" APA"
" Astaga Rose Mahendra, bisakah kau mengecilkan suaramu SAYANG"
" Hehehe.. Sory Baby, refleks soalnya. Tapi kamu ngak bohongkan?"
" Kalo ngak percaya Check aja kamarnya"
Rose yang mendengar itu segera berlari kearah kamar putra dan putrinya.
" ROY..." teriakan menggelegar Ibu sosialita tersebut.
" Huh... kenapa sih ngak balik lagi aja malah teriak-teriak"
" Gimana?" tanya Roy setelah mendekati istrinya.
" Anak Kita kemana Hiks? Masa mereka kabur gara-gara kita ada dirumah? Tapi Reina ngak mungkin kek gitu, kalo Reno sih udah biasa"
Roy yang melihat air mata buaya istrinya hanya menggelengkan kepalanya.
" Mulai lagi"