"Lea," panggil Alcie lagi. Ia tahu jika shabatanya ini sedang mencoba untuk meredam emosinya.
Leandra hanya berdeham saja hingga pada akhir hari itu. Ia masih terdiam dan juga langsung saja ingin segera pulang ke rumah dan malas menunggu Rigel.
"Lea, kamu mau pulang denganku?"
"Enggak usah deh ci, aku pulang sendiri saja."
"Beneran, tunggu Rigel saja atau denganku saja."
"Aku malas dengan dia."
"Tapi semua ini belum jelas maslaahnya, Lea. Kamu harus menemukan titik terang dulu."
"Seandainya ini benar bagaimana?" Bagaiaman dengan kandungan perempuan itu? Ci, sampai orang tuanya ke sini berarti terjadi sesuatu diantara mereka," papar Leandra dengan nada suaranya yang menjadi sendu.
"Kamu harus selesaikan ini dengan baik-baik dulu, jangan langsung pulang ke rumahamu dulu."
"Kenapa? Kamu mau membela Rigel?"
Alcie menghela napasnya, terkadang sahabatnya ini memang sedikit keras kepala dan ia memang bersikeras sekali.