Leandra masih memandangi Rigel dengan pandangan yang berbeda. Semakin ke sini, ia semakin mengetahui tentang Rigel yang seperti apa orangnya.
"Aku paham soal itu, karena sudah terlihat juga. Tapi enggak nyangka saja."
"Terkadang kalau emosi, aku sulit dengan temperamentalku sendiri, untuk itu berusaha meredam amarah sebaik mungkin."
Kepala Leandra mengangguk pelan, bahkan ia tak berani menatap wajah Rigel.
"Kamu kenapa?"
"Enggak, aku cuma enggak enak sama kamu. Ternyata kamu sebegitunya menjaga seseorang."
"Lea, jangan begitu. Karena semua itu ingin aku lakukan jadi jangan pernah merasa bersalah."
Hanya ada anggukkan kepala saja dari Leandra, ia menjadi tahu seberapa besar rasa peduli Rigel terhadapnya.
Perihal rasa memang tak bisa dipaksakan, namun dengan yang Leandra alami ia dapat sembuh dari lukanya dan sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk dipersunting Rigel yang sepenuhnya menyayangi dan menjaganya.