"Sebenarnya anak itu tidak mudah dengan kabar yang belum pasti, sedari dulu ia akan mencari cara untuk membuktikan atau menegur langsung. Tapi sepertinya kali ini berbeda, Lea sudah buta dengan perasaan dan hatinya. Itu pertanda bagus untukmu."
"Maksud Ayah, Lea bagus marah seperti ini."
Ayahnya menganggukkan kepalanya perlahan.
"Kenapa begitu?"
"Maksudnya bagus itu berarti Leandra sudah suka dan mungkin cinta sama suaminya ini, kalau enggak ada perasaan apapun enggak akan mungkin sampai marah, nangis dan ke sini. Itu artinya ada kemajuan."
"Tapi enggak nyaman kalau seperti ini, jadi serba salah."
"Panggilkan Lea," pinta Ayah Leandra pada Ibunya Leandra.
"Ayah," panggil Leonal yang baru datang entah dari mana tibanya.
Ayahnya hanya berdeham dan semuanya memandangi Leonal.
"Biarkan Bang Rigel saja yang menjelaskannya berdua, kita enggak perlu tahu."
Ayahnya mengangguk-anggukkan kepalanya berati setuju.
"Bagus juga pendapatmu, ya sudah masuk saja Lea ada di kamarnya."