"Itu anak kecilnya di samping, Ibu."
"Apaan sih," jawab Lea seraya mengerucutkan bibirnya namun sebenarnya ia senang.
"Apa?"
"Enggak kok."
"Eh kenapa kalian?" tanya Ibunya heran.
"Biasalah, Bu."
"Enggak ada masalah 'kan? Jangan bohong."
"Enggak kok Bu, aman."
"Awasya Rigel, kamu jangan macam-macam sama menanti Ibu yang cantik ini."
"Lah anaknya Ibu 'kan Rigel."
"Pokoknya kalau sampai menantu Ibu menangis, kamu sasaran Ibu."
"Siap, Ibunda."
Rigel berlalu ke kamarnya dan membersihkan dirinya. Sedangkan Leandra dan Ibunya masih berada di ruang tengah, menikmati makanan yang dibawa Rigel.
"Lea," panggil Ibunya Rigel.
"Nantinya kalau ada masalah apapun itu cerita sama Ibu ya, jangan malu pokoknya dan jangan takut."
"Iya, Bu."
"Sudah malam, Ibu mau istirahat. Kamu juga istirahat ya."
Leandra menganggukkan kepalanya, Ibu Rigel berlalu ke kamar dan Leandra membereskan yang ada di meja ruang tengah. Setelah membereskan semuanya ia masuk ke kamarnya.
Karena ia merasa gerah sekali malam itu maka ia melepas kaos lengan pendeknyanya dan hanya memakai tanktop dan celana sepahanya. Ia tidak menutupi bagian tubuhnya karena ia hanya ingin rebahan saja dan Rigel pun masih mandi. Namun, siapa sangka ternyata Leandra ketiduran.
"Astaga anak ini, kenapa enggak pakai baju sih," gerutu Rigel yang baru saja mandi.
Rigel memperhatikan Leandra dan akhirnya menyelimuti tubuh istrinya dengan selimut. Leandra yang tidur tidak mengenakan pakaian sebenarnya sama saja menyiksa Rigel. meski begitu Rigel adalah laki-laki normal.
Rigel mencoba merebahkan badannya di atas tempat tidur dan Leandra berbaring mengahadap kanan tepat mengarah pada Rigel. wajah istrinya yang galak itu kini semakin terpampang jelas begitupun dengan tubuhnya. Lamat-lamat Rigel memperhatikannya, mengelus rambut depannya Leandra dan mengecup keningnya sekilas karena ia takut membangunkan istrinya. Setelahnya pun ia tertidur.
*****
Rigel bangun terlebih dahulu dan melihat Leandra tidur sembarang dengan tubuhnya ke mana-mana.
Leandra terbangun dan kaget melihat tubuhnya terbungkus selimut seraya memperhatikan sekitar, ternyata Rigel sudah berada di depan. Ia segera keluar kamar menyiapkan sarapan.
"Loh sudah bangun, mau ngapain?" tanya Ibunya Rigel ketika Leandra ke dapur.
"Mau buat sarapan, Bu. Maaf ya telat bangunnya."
"Enggak usah, kamu bersiap kuliah saja."
"Enggak apa-apa, Bu. Lea enggak enak bangunnya kesiangan."
"Its okay, enggak ada yang mempermasalahkan itu, lagi pula Rigel itu anaknya enggak ribet tetapi ia kalau sekalinya marah akan diam dan tahan tidak berkomunikasi dengan siapapun."
"Oh iya, Bu. Leandra siap-siap dulu ya, Bu."
Setelah semuanya bersiap, maka pagi ini melingkar di meja makan dan sarapan bersama. hari ini Ibunya Rigel pula akan berpamitan untuk pulang.
"Ibu jadi pulang hari ini?" tanya Rigel.
"Ih jahat banget ngusir Ibunya sih," ucap Leandra kesal.
Ibunya Rigel tertawa.
"Ibu memang sudah bilang mau pulang, Lea. Nanti sekalian kamu ke kampus Ibu ikut."
"Loh kok mau pulang sih, Bu?"
"Ibu mau ngapain lama-lama di sini, nanti menganggu pengantin baru."
"Apaan sih, Ibu."
"Sudah habiskan dulu sarapannya, nanti antarkan Ibu pulang."
Setelah semuanya siap sarapan maka kini mulai mengantarkan Ibu Rigel ke tempat kerabatnya yang tidak jauh dari rumah Rigel.
"Ibu pamit ya, kalian hati-hati," ucap Ibu Rigel seraya memeluk anak dan menantunya bergantian di halaman rumah kerabatnya.
"Rigel ingat pesan Ibu."
"Iya, Bu."
Rigel dan Leandra perlahan meninggalkan Ibunya. Kini mereka akan menuju ke kampus Leandra.
"Ibu kok cepat banget pulangnya?"
"Ya begitu, memang sehari saja. Kenapa?"
"Enggak apa-apa, Ibu kamu baik."
"Semua Ibu itu baik kok."
"Eh iya kenapa Ayah tahu rumahmu bahkan semua tentangmu Ayah tahu banget."
"Ya karena kami dekat."
"Sedekat apa?"
"Anak sama orang tuanya."
"Tetapi 'kan aku yang anaknya."
"Sekarang aku juga, dulu setelah Ayah meninggal Ayahmu lah yang mengurus semuanya. Bahkan ia sudah seperti Ayah kandungku sendiri."
Leandra menganggukkan kepalanya perlahan.
"Nanti pulang jam berapa?"
"Siang kayaknya, kenapa?"
"Okay nanti aku jemput dan langsung ke Mall."
"Mau ngapain?"
"Belanja, Ibu tadi nyuruh belanja juga."
"Okay sekalian ada yang mau aku beli juga."
***
Pukul 13.00 WIB
Rigel dan Leandra sudah berada di tempat perbelanjaan. Seraya memilih bahan makanan Rigel berbincang-bincang pada Leandra.
"Kamu enggak ada praktek kah?"
"Kalau enggak ada siang kemungkinan nanti malam. Ibu ada bilang apa saja?"
"Banyak."
"Tentang?"
"Ya banyak pokoknya, aib kamu juga."
"Kenapa sampai aib aku juga."
"Ya bagus dong."
"Awas nanti kamu jadi suka."
"Dih memangnya dari aib bisa suka, enggaklah."
Leandra mengoceh dan terus memasukan keperluannya dan keperluan tanpa henti sampai akhirnya ia mematung.
"Kenapa?"
Leandra berlari di belakang Rigel dan mengenyampingkan rambutnya agar tidak terlihat wajahnya.
"Itu ada teman-temanku, please jangan bilang sama aku."
Benar adanya teman-teman Leandra melihat Rigel berbelanja.
"Hai, pak Rigel, lagi belanja ya pak," sapa teman Leandra.
"Iya."
"Sama siapa pak? Istrinya ya. Boleh dong pak dikenalkan."
"Sepertinya enggak perlu, yang ada nanti kalian akan membuat berita di kampus 'kan?"
"Ah enggak kok pak, kalau begitu kami permisi," mereka segera pergi dengan jawaban yang diberikan oleh Rigel.
"Sudah pergi."
"Argh, ngapain sih mereka."
"Kenapa? Toh kamu enggak kelihatan kok."
"Tetap saja aku jantungan, untung jantungku enggak copot."
"Kalau mau kamu copot dioperasi dulu."
"Enggak seru banget sih becandaan Dokter ini."
"Katanya ada yang mau kamu beli."
Leandra menganggukkan kepalanya semangat seraya tersenyum. Setelah membayar semua belanjaan tersebut ia berjalan menuju toko kecantikan diikuti Rigel. Leandra mencoba sebuah lipstick berwarna merah merona. Ia memonyongkan bibirnya pad Rigel.
"Bagus enggak warnanya?"
"Enggak."
"Hah! Ish kamu enggak asik."
"Merah banget Lea, kamu ini masih kecil, enggak cocok pakai itu."
"Jadi yang mana."
Rigel melihat-lihat lipstick yang ada di hadapannya pula dan mengambil salah satu di antaranya.
"Cobalah," seraya memberikan pada Leandra.
"Wah pas sekali warnanya kak," puji pelayan toko tersebut.
"Okay kak, aku beli ini ya."
"Kalau ambil 3 kami beri diskon tetapi dengan syarat kak."
"Apa kak?"
"Berfoto dengan pasangannya, karena sebentar lagi toko kami ulang tahun jadi ini sebagai tingkat kepuasan pembeli."
"Hanya foto 'kan?"
Pelayan toko tersebut menganggukkan kepalanya.
Leandra menatap Rigel dan terliaht jelas tatapan Rigel tidak senang.
"Boleh ya?"
"Buat apa foto, enggak usah deh. Kalau mau beli 3 ya sudah ambil saja tanpa diskon."
"Ih jangan menyia-nyiakan diskon tahu."
"Kamu mau fotomu tersebar?"
"Okay, enggak deh kak 1 saja," ucap Leandra dengan lesu.
"3 saja kak sekalian," ucap Rigel seraya memberikan uangnya."
Leandra yang melihat dari samping Rigel sedikit tersenyum.
Kini mereka berjalan ke arah mobil.
"Makasih ya, ganti enggak uangnya?" tanya Leandra seraya melihat Rigel yang mulai mengendarai mobilnya.
"Enggak."
"Tetapi kamu marah."
"Enggak, Lea. Kalau sudah dibeli asal dipakai saja."
"Okay."
Sesampainya di rumah mereka membereskan bersama bahan makanan tersebut.
Sekitar pukul tujuh malam Rigel harus ke rumah sakit karena ada panggilan mendadak.
"Kamu kalau mau tidur silakan, aku bawa kunci rumah kok. Aku pergi."
"Iya, hati-hati."
Rigel segera meninggalkan rumahnya dengan terburu-buru.