Kanaya duduk di balkon rumahnya menatap indahnya pemandangan malam hari yang ditaburi bintang dan ban dengan cahaya yang bersinar terang. Bayangan Rika hendak mengecup bibir Naren masih terngiang di benaknya hingga kini. Berkali-kali Kanaya menghela nafas mencoba menenangkan diri namun Kanaya sulit melakukannya.
Ya. Pikiran Kanaya dipenuhi oleh Naren saat ini. Kanaya merasa tidak rela jika Naren menjadi milik Rika. Naren tidak pantas untuk wanita licik seperti Rika, namun Kanaya juga tidak mungkin untuk menikah dengan Naren jika hanya berlandaskan membalas dendam terhadap sahabat dan teman Naren yang telah memfitnahnya terutama Rika.