Satu bulan kemudian..
Hujan yang masih mengguyur bumi di pagi hari menyejukan suasana. Arion mengarjapkan mata dengan perlahan kala mendengar suara alarm yang berasal dari ponsel di atas nakas. Laki-laki muda itu lantas membuka mata secara perlahan lalu bangkit dari atas tempat tidur menuju ke kamar mandi setelah melihat waktu menunjukan pukul enam pagi.
Penampilan yang rapi Arion pagi ini kala menuruni anak tangga menuju ke ruang makan mengingatkan mama Kania kepada mendiang suaminya Dean, papa kandung Arion yang telah pergi meninggalkan dunia ini. Tidak ada satu pun dari penampilan Arion yang tidak menggambarkan seorang Dean. Tampan, rahang tegas, hidung mancung, mata tajam bak elang, langkah kaki tegas, tubuh yang menjulang tinggi, kulit bersih dan senyum yang menawan semakin mempertegas tingkat kemiripan Arion dengan sang papa.
"Tampan sekali anak mama pagi ini.." Kania memuji penampilan Arion yang sedikit berbeda dari n hari biasanya.