Kania mengikuti langkah kaki Devan masuk ke dalam apartemen. Awalnya Kania merasa ragu masuk ke apartemen milik Devan. Namun Devan memaksa Kania mengikuti Devan masuk ke apartemen mewah Devan. Kania memandang setiap sudut apartemen Devan yang mewah saat telah berada di dalam unit apartemen Devan. Sesaat Kania ragu untuk melangkahkan kaki masuk lebih dalam ke apartemen Devan dengan desain dan furnitur mewah yang hanya dapat dilihat oleh Kania di televisi.
Devan menghentikan langkah saat melihat Kania tidak mengikutinya. Devan melangkahkan kaki menuju ke arah Kania yang bergeming di tempat.
"Kenapa?" tanya Devan
"Saya tidak pantas tinggal disini pak," jawab Kania lirih
"Siapa yang bilang?" sambung Devan
Kania menatap ke arah Devan dengan tatapan yang sulit diartikan. Devan tersenyum tipis ke arah Kania. Sangat tipis senyuman Devan sehingga Kania tidak akan melihat senyuman itu.
"Siapa yang bilang kamu tidak pantas tinggal disini?" Devan mengulangi pertanyaan yang belum dijawab oleh Kania
Kania menggelengkan kepala menanggapi ucapan Devan, "Tidak ada pak. Tapi saya sadar diri pak. Tempat ini terlalu mewah bagi saya yang biasa tinggal di kampung," jawab Kania
"Ayo.. Saya akan tunjukan kamar kamu," tukas Devan tanpa menjawab ucapan Kania
Kania kembali menguji bkangkah Devan menaiki anak tangga dengan langkah pelan. Tas yang dibawa oleh Kania saat ini diambil alih oleh Devan sejak di parkiran mobil apartemen hingga menuju ke kamar yang akan ditempati oleh Kania.
Ceklek..
Devan membuka salah satu kamar yang berada di samping kamar Devan di lantai dia apartemenya. Devan masuk ke dalam kamar lalu meletakan tas Kania di sofa kamar itu. Kania kembali menganga melihat kamar yang ditempati oleh Kania saat tinggal di apartemen Devan. Furnitur atau fasilitas yang lengkap dan kamar yang luas sehingga berdecak kagum dengan apa yang dilihat saat ini. Bagaikan mimpi di siang bolong apa yang dialami oleh Kania hari ini. Entah keberuntungan atau kebetulan, Kania tidak mengetahui apa yang sedang terjadi dengan dirinya saat ini.
"Ini lemari pakaian kamu. Kamar mandi ada di sudut kamar ini. Peralatan mandi belum ada. Nanti kita akan belanja kebutuhan kamu sehari-hari. Saya harus kembali ke kantor karena pukul suatu ada meeting. Kamu bisa istirahat dulu disini dengan tenang. Tidak ada siapapun disini. Saya tinggal disini sendiri. Tidak ada asisten rumah tangga yang membantu saya disini. Saya lebih nyaman mengerjakan semua sendiri. Kalau kamu ingin keluar, kamu menunggu saya pulang. Saya usahakan hari ini pulang lebih dekat dari biasanya. Saya harus kembali ke kantor sekarang," tukas Devan keluar dari kamar Kania untuk kembali ke kantor.
Kania menata baju ke dalam lemari besar berwarna putih yang berada di kamar yang kini ditempati oleh Kania setelah Devan pergi kembali ke kantor. Kania menyusuri setiap sudut kamar hingga kamar mandi dengan langkah pelan sembari berpegangan kepada benda apa saja yang bisa untuk berpegangan Kania saat berjalan. Kania tercengang saat masuk ke dalam kamar mandi yang memiliki luas lebih dari luas kamar Kania di kampung. Kamar mandi luas dan mewah dengan peralatan yang modern dan lengkap. Kania merasa semakin rendah diri dengan apa yang dilihat saat ini. Kania menggelengkan kepala dan menepuk kedua pipi agar tersadar dari mimpi. Namun Kania merasa kesakitan saat menepuk kedua pipi.
"Awwww.." Kania merintih kesakitan
"Ini bukan mimpi?" gumam Kania seakan sedang bertanya kepada diri sendiri
Wajah Kania tampak pias saat menyadari jika ini bukan mimpi. Kania melangkahkan kai menuju ke tempat tidur diaman tas kecil yang dibawa diletakan di atas sana. Kania ingin melihat penunjuk waktu yang diletakan di dalam tas. Namun Kania menghentikan langkah saat tanpa sengaja netra menatap ke arah penunjuk waktu yang berada di dinding kamar. Kania menepuk kening saat menyadari belum melaksanakan sholat dhuhur.
***
"Kamu kemana saja sih Devan. Tumben.. Kamu datang mepet begini mau meeting. Apa kamu habis ada masalah atau musibah?" tanya Adi tepat pada sasaran
Devan mengelak nafas pelan sebelum menanggapi apa yang ditanyakan oleh Adi. Ya. Devan tidak mungkin membohongi Adi yang telah lama di kenal oleh Devan. Persahabatan antara Devan dan Adi bukan dalam hitungan hari atau bulan. Persahabatan di antara Devan dan Adi bukan sekedar pepesan kosong. Devan dan Adi telah saling mengenal sifat atau karakter mereka masing-masing.
"Ceritanya panjang. Aku pasti akan cerita ke kamu. Tapi nanti. Tidak sekarang," jawab Devan sembari mempersiapkan materi yang akan dibahas dalam meeting siang ini
"Baiklah. Lebih baik kita ke ruang meeting sekarang," tukas Adi lalu mengambil alih berkas yang berada di tangan bos sekaligus sahabat baik Adi.
Devan dan Adi keluar dari ruangan lalu melangkahkan kaki menuju ke ruang meeting vy ang berada di bawah lantai ruangan Devan SL sembari membahas pekerjaan yang sedang mereka kerjakan saat ini.
***
Kania memutuskan untuk kuar dari kamar merasa jenuh di dalam kamar tanpa melakukan aktivitas apapun. Kania berjalan menuruni anak tangga menuju ke lantai satu apartemen Devan. Rasa haus yang membawa langkah kaki Kania menuju dapur apartemen Devan yang bersih dan tertata dengan rapi. Kania membuka lemari pendingin untuk mengambil air minum yang berada di dalam botol. Netra Kania tanpa sengaja menangkap daging beku yang berada di lemari pendingin bagian atas. Kania mengambil daging itu dari dalam lemari pendingin bersama dengan satu botol minuman dingin.
Satu ide terlintas di dalam benak Kania saat tercengang menemukan daging di dalam lemari pendingin.
Tongseng..
Ya. Kania yang memiliki hobi memasak sejak masih duduk di bangku sekolah memiliki jiwa yang tinggi saat berada di dapur untuk mengolah makanan. Kania kembali membuka lemari pendingin mencari bahan yang ditemukan untuk memasak tongseng. Beruntung semua bahan yang diperlukan oleh Kania ada di dalam lemari pendingin. Bahkan Kania sempat mengernyitkan dahi melihat isi dalam lemari pendingin di apartemen bDevan yang lengkap baik makanan ringan, makanan berat, minuman dan bahan dapur.
Kania mengenyahkan pikiran negatif yang melintasi benaknya saat ini lalu memilih mencuci bahan masakan itubsnegan bersih sebelum dipotong. Kania meracik bumbu tongseng setelah memotong daging, sayuran dan bahan lainnya lalu memasukan bumbu ke dalam penggorengan untuk ditumis sebelum memasukan bahan maskaan yang lainnya.
Ceklek..
Devan membuka pintu apartemen setelah masukan kode numerik akses masuk ke dalam apartemennya. Devan menghirup aroma yang terasa lezat dan menggugah selera. Bahka cacing dalam perut Devan berbunyi kalau menghirup aroma yang lezat dan wangi. Devan melangkahkan kaki menuju ke dapur untuk mencari tahu sumber aroma yang masuk ke dalam indera penciuman saat ini.
"Baunya lezat sekali.."
Klontang!