Keduanya sering kali bergetar akibat tertawa. Tak jarang Ines mencubit perut Juan kala pria itu berujar sesuatu di luar pembahasan. Masih terkikik geli di atas motor yang berbaur dengan polusi udara serta bisingnya mesin kendaraan lain. Di sore ini mulai menguning langit, menanti sang surya tenggelam di ufuk barat.
Swastamita yang indah.
"Terus vespa birunya ke mana?"
"Ada, di rumah."
"Kenapa nggak dipakai?"
"Rusak."
"Kok bisa?"
"Ringsek ditinggal kamu, lalu mati ditikam rindu."
Memang kacau kalau main dua-duaan bersama penyair. Hatinya selalu saja dibuat melambung tak terkira dan tanpa aba-aba.
"Wah parah. Pemiliknya pasti malas merawat tuh jadinya rusak."
"Pemiliknya pernah merawat sekali dua kali. Terus ringsek lagi, kan capek. Dan dibiarkan begitu saja sampai sekarang."
"Kenapa dibiarkan? Kenapa nggak dibawa ke ahli reparasi buat diperbaiki? Atau kalo memang rusak parah kenapa nggak dijual ke rongsokan?" cerca Ines kemudian.