Si cantik pun menurut meski batinnya terkikik, "Sejak kapan kamu suka berpidato?" sarkasnya.
"Sweetie, kata-kata manis semacam itu disebut puisi, bukan pidato."
"Puisi ya? Tapi terdengar penuh rayuan dan... uhm apakah itu sebuah gombalan?"
Saga memasang raut muka bak sedang berpikir keras, "Mungkin. Tapi bukankah puisi memang penuh dengan kata-kata rayuan?"
"Memang," jawab Ines mantap. "Tapi pilihan kata yang digunakan tak seberantakan kata-katamu barusan. Dalam puisi terdapat kata indah yang jarang diketahui banyak orang, mayoritas terikat rima yang senada, dan beragam majas yang ditorehkan para pujangga di dalam tiap barisnya."
Perkataan Ines tampak seperti seorang sastrawan yang begitu mahir merangkai karya sastra. Padahal tidak.
"Wow. Ucapanmu terdengar seperti seorang yang jago membuat puisi saja. Padahal aku tau kamu tak bergelut di bidang itu."
Ines mencebikkan bibir, kedua tangannya makin bergelayut di tangan Saga.