Juan terkekeh saat menyadari bahwa air matanya telah mengucur banyak. Membasahi pipi, melewati rambut-rambut halus di sepanjang rahangnya. Ia menyeka air matanya dengan getir. Udara di atas rooftop siang ini makin membuatnya gigil.
"Juan, maaf aku nggak tau kalo ternyata sikapmu yang dingin, kaku, cuek, abai, dan tak tersentuh saat itu adalah sedang mengalami hal seperti ini. Batinmu terluka dan aku malah masuk lalu merecoki, membuatmu risih, mengganggu ketenanganmu, dan--"
"Sssttt, no," Juan menutup mulut Ines dengan jari telunjuknya. "Mungkin awalnya begitu. Tapi sebenarnya aku merasa terbantu dan terhibur dengan kehadiranmu."
"Hah?! Kok bisa? Gimana coba?" tanya Ines antusias.