Jadi, mau ke tempat wisata, ya? Naik apa?"
Ines menolehkan wajahnya pada Saga, menunggu pria itu menjawab pertanyaan sang mama.
"Terserah Ines aja kalau Saga."
Nah kan, memang minta dipukul. Pria itu menjawab tanpa melihat Ines yang menatapnya horror. Mata elangnya stuck pada roti isi di piringnya.
"Kenapa aku?"
"Karena kamu wanita," Saga masih menguyah dengan santainya."
"Apa hubungannya?"
"Biasanya wanita ribet."
"Apakah ribet lantas menjadikan alasan untuk menyerahkan keputusan pada wanita?"
Saga berdecak. "Memang harus begitu. Kalau para pria yang memilih nanti jadi serba salah. Wanita kalau diberi opsi A, nggak mau. Ganti opsi B, nggak mau juga. Ujung-ujungnya tetap bilang terserah. Ah, kaum-kaum kalian menyebalkan sekali."
Memang cari perkara sepertinya. Ines membanting sendoknya kasar hingga berbunyi dentingan yang cukup keras dan mengejutkan orang-orang di meja makan.
"Apa kamu pikir kaum-kaum kamu itu yang terbaik?"