Ines meneguk ludahnya. Mulutnya membisu dan terkunci rapat. Apa yang harus ia katakan? Haruskah ia menjawab pertanyaan Saga dengan jujur? Tapi ia takut melukai perasaan pria itu.
"Aku...."
"Sudah, tak perlu dilanjutkan," ujar Saga telak. Cekalan tangannya sudah ia lepas.
"Dari caramu menjawab yang begitu kesulitan aku sudah bisa menyimpulkannya sendiri. Rupanya sudah, ya? Haha, lagi lagi aku kalah curi start," kekehnya sumbang.
Oh- betapa malangnya.
****
Tanpa diduga, Diego mengabaikan Lavi yang berdiri mematung sedari tadi dan memilih mengejar Kanaya.
Diusapnya buliran bening yang membasahi wajah cantik itu. Lavi turut serta mengejar Diego dengan air mata yang tak juga berhenti. Ia sudah sampai sini, maka ia akan memperjuangkan itu.
"Sayang. Kanaya tunggu!" Diego mencekal tangan Kanaya yang berjalan cepat meninggalkan restoran itu.