Sarah tersenyum lalu menyelipkan anak rambut Ines yang terbang. "Papa Saga bukan tipekal orang yang selalu membela anaknya, Nes. Saat itu reaksinya malah tertawa, berbanding terbalik dengan Mama yang kalang kabut. Dia bilang, katanya wajar kalau anak-anak SMP seusia Saga bertingkah seperti itu. Umur mereka memang lagi nakal nakalnya. Apa lagi hendak menginjak SMA. Pasti mereka berpikir bahwa mereka sudah besar dan boleh melakukan hal-hal di luar batasan mereka sebelumnya."
"Papa Hery nggak marah sama sekali? Hanya karena dia maklum?"
"Iya, betul. Memang begitu dia. Malah yang ada Papa Saga mengolok-olok anaknya yang menangis. Katanya anak cowok kalau nangis nanti nggak ada cewek yang mau mendekati dan Saga percaya itu."
Ines melebarkan matanya. Sungguh? Si macho itu pernah percaya dengan tipu daya sang papa? Ah- lucu sekali. Ines bisa jadikan ini sebagai bahan ejekan untuk pria itu nanti.
"Hahaha, bisa aja Papa. Terus Saga gimana?" tanya Ines lagi tak sabaran.
