"Nggak, Juan. Ini demi kebaikan bersama. Aku tau kamu sangat menyayangi mama kamu. Aku nggak mau jadi wanita egois dengan merebut seorang pria yang kucintai dan menjauhkan dia dari orang yang telah melahirkannya ke dunia. Wanita macam apa aku kalau sampai hal itu aku lakukan? Mungkin aku memang tak berilmu, tapi aku masih punya adab dan tata krama. Bagaimana juga kata orang-orang di luar sana, mungkin tetanggamu, temanmu, kolega pa--"
"Aku nggak peduli itu semua!" bentak Juan murka. "Aku nggak mempedulikan mereka yang menentang aku sama kamu."
Ines menatap mata Juan dengan berani. "Lalu bagaimana kalau ternyata Tuhan yang menentang kita untuk bersama, hm? Apa kamu masih bisa untuk tidak peduli pada garis akhir yang Tuhan tetapkan? Bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa kita sebagai manusia tak pernah tau yang namanya takdir. Itu rahasia Tuhan, bukan?"