Ines berteriak si sela-sela air matanya yang kian deras. Siang menjelang sore hari ini terasa jahat sekali pada kedua anak manusia itu. Semesta sedang menguji hubungan keduanya di tempat indah seperti ini, di tengah cuaca yang mendukung untuk berduaan saling mengucap kata cinta.
Tapi pengecualian untuk mereka berdua. Bukannya ikut pacaran seperti orang-orang di bawah sana, tapi malah memilih tempat yang jauh dari kerumunan dan ribut seperti ini.
"Aku diam karena aku nggak mau kamu terluka dan merasa tidak diinginkan, Nes. Padahal kamu tau aku sangat mencintai kamu dan upaya mendapatkan kamu sampai kayak gini juga butuh proses panjang. Kita sudah melewati perpisahan sekian tahun yang lalu kemudian dipertemukan kembali dalam satu masa di mana kita sudah sama-sama dewasa. Tidakkah kamu berpikir bahwa mungkin Tuhan memang menakdirkan kita untuk bersama?"
