"Mending masuk dulu, Ju."
"Nggak deh, nggak enak nanti malah gimana-gimana tanggapan tante kamu ke aku."
Ines berdecak. "Ih kok gitu. Sebenernya ya nggak pa-pa. Tante aku baik kok, lagi pula ya biar kenal aja sama kamu sebagai rekan kerja sekaligus teman sekolah, kan?"
Juan melepas helm full face-nya. "Mau ngenalin aku ke keluarga besar kamu maksudnya? Ayo deh kalo gitu!" pria itu sontak menarik tangan Ines ke teras rumah.
Sementara si wanita tergagap. Ya kan nggak gitu maksudnya, malih.
"Eh, nggak, bukan gitu. Juan, ih!"
Ines menggeplak tangan kekar yang terus menariknya sampai cekalan itu terlepas. "Kok dipukul?" protes Juan tak terima.
"Ya kamu sih main tarik-tarik aja."
"Kan kamu yang minta aku masuk tadi."
"Ya tapi jangan salah paham. Itu kan buat--," ucapan Ines terpotong akibat serobotan suara dari pintu utama.
"Ines. Udah balik lo?" pria yang kini berada di ambang pintu itu melirik arlojinya. "Hm, mau maghrib nih, mantap banget pergi dari pagi lo ya, cebong!"