Suara ringisan itu memenuhi sudut-sudut kamar yang ukurannya tak seberapa dibanding besarnya kamar mandi di rumah Renata.
"Pelan-pelan, Aya..." Sakha akhirnya menyuarakan isi hatinya yang sedari tadi ia tahan sama seperti menahan rasa sakit akibat Naraya yang dengan sengaja menekan luka-lukanya dengan kapas yang dituangkan alkohol.
Naraya tak mendengarkan. Malahan, dia semakin menekan luka Sakha. Tak parah luka yang pria itu miliki, hanya saja Naraya kesal dan berujung membalaskan rasa kesalnya dengan cara menekan-nekan luka pria itu.
"Coba jelasin ke aku kenapa kamu berantem sama Mas Raka." Naraya bersuara tegas setelah sekian lama dia diam saja. Hatinya masih kesal, sebenarnya bukan kesal sih, lebih tepatnya dia hanya khawatir. Bagaimana kalau Raka dan Sakha saling adu tinju, bukannya jambak-jambakan seperti anak-anak? Untung Naraya tiba di rumah dengan cepat, kalau tidak? Naraya tidak menjamin masing-masing wajah Raka dan Sakha tidak terluka lebih parah dari ini.