Nadia termenung di atas ranjangnya. Tiduran dengan memeluk gulingnya. Membolak-balikkan badannya di atas kasurnya, dengan hati gelisah.
Ia dari tadi terus saja melihat ponselnya dengan resah. Ia tengah memikirkan Fauzan.
Saat itu, Nadia masih belum sempat mengatakan pada Fauzan jika ia bertemu pak Doni di rumah sakit. Ia juga belum berterus terang, bagaimana resahnya ia saat bertemu Doni. Untung saja, saat itu ada Agra yang sedang ada bersamanya.
Padahal, saat itu Nadia ingin menceritakan soal itu. Soal pertemuannya dengan Doni. Tapi, ia tidak sempat karena hatinya sudah lebih dulu bergejolak karena kalimat Fauzan untuknya. Kalimat Fauzan saat itu, terasa sangat dalam berkesan di dalam hatinya.
Selain Fauzan yang bilang bahwa ia adalah bukan yang terbaik dari Fauzan, tentu saja Nadia sangat takut kehilangan Fauzan. Apa mungkin, memang Nadia memang sangat menyukai Fauzan? Bahkan lebih dari Agra?