Nadia benar-benar masih tercekat dengan pertanyaan mendadak dari Fauzan. Dia memang mengakui kalau dia tengah cemburu. Tapi, jika ditanya soal apakah dia harus menjadi pacar Fauzan, kenapa ia masih saja bimbang? Lagipula, pertanyaannya sangat-sangat mendadak.
"Nadia?" panggil Fauzan begitu melihat Nadia terdiam. Nadia melihat ke arah Fauzan dengan masih sedikit bingung.
"Katakan padaku, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Fauzan.
"Aku..." Nadia tidak meneruskan kalimatnya. Ia lalu hanya tertunduk. Fauzan justru memperhatikannya dengan heran.
"Sekarang, aku akan mengganti pertanyaanku. Apa, kamu menyukaiku?" tanya Fauzan yang mulai serius.
Nadia melihat ke arah Fauzan. Kemudian, ia menundukkan pandangannya lagi. Fauzan jadi semakin bingung atas sikap Nadia. Jika diberi ketegasan, rupanya Nadia masih saja bimbang.
"Nadia?" Untuk kedua kalinya. Fauzan memanggil Nadia. Kali ini, ia menghadapkan seluruh badannya ke arah Nadia. Sehingga Nadia juga ikut menoleh ke arah Fauzan.
"Kamu hanya diam dan tidak menjawab pertanyaanku. Aku tidak tahu kalau pertanyaanku ini sangat sulit bagimu."
Fauzan mengkerutkan keningnya melihat ke arah Nadia. Sedangkan, Nadia nampak setengah bingung. Ia tidak tahu harus berkata apa?
"Aku paham, mungkin ini semua masih menyangkut hatimu. Sekarang, sekali lagi aku akan memberikan pertanyaan padamu, dan kamu harus menjawabnya."
Sejujurnya, pandangan Fauzan membuat Nadia sedikit gugup dan takut. Entah kenapa seperti itu? Nadia hanya menoleh ke arah Fauzan dengan pandangan cemasnya, berpikir pertanyaan apa yang akan Fauzan layangkan padanya.
"Tolong jawablah dengan jujur. Apa, kamu masih menyukai Agra?" tanya Fauzan dengan ekspresi amat serius.
Nadia yang tadinya menundukkan kepalanya, kini mengangkatnya dan melihat ke arah Fauzan. Dengan tatapan yang sama, ia melihat Fauzan yang terus menunggu jawabannya.
Rupanya, selama ini Fauzan sudah salah menilai Nadia. Ia pikir, pertanyaannya untuk Nadia akan menjadi sesuatu yang mudah untuk dijawab. Tapi, ternyata salah besar. Nadia masih berpikir lama hanya dengan menjawab pertanyaan tersebut. Fauzan semakin melihat ke arah Nadia dengan heran. Ia menunggu Nadia.
Nadia melihat ke segala arah, kecuali ke arah Fauzan. Nadia memalingkan wajahnya dari Fauzan dan mencari jawaban apa yang ada di dalam hatinya. Jujur saja, Nadia tidak tahu pasti apa yang sedang dirasakan oleh hatinya.
"Nadia, jadi apa kamu masih menyukai Agra?" tanya Fauzan untuk memastikan jika saja Nadia lupa akan pertanyaan dari Fauzan. Nadia akhirnya memberanikan dirinya. Ia menatap ke arah Fauzan.
"Sebenarnya, aku..."
"Hai Nad, Zan!"
Kalimat Nadia terhenti seketika. Suara Mika tiba-tiba muncul di tengah-tengah percakapan serius mereka. Nadia dan Fauzan melihat ke arah Mika yang mendadak datang.
Baik Nadia maupun Fauzan, keduanya sama sekali tidak menjawab salam Mika dengan suka cita. Membuat Mika yang baru datang itu, menjadi merasa heran.
"E... apa aku mengganggu kalian?" tanya Mika canggung.
"Tidak. Kamu tidak mengganggu," jawab Nadia dengan memaksakan senyumnya.
Di dalam hatinya, saat ini sedang ada badai yang tak nampak. Mika sudah mendapat sambutan dari Nadia, namun ia tidak juga mendapat sambutan dari Fauzan. Membuat Mika merasa tidak enak.
"Aku, permisi dulu," kata Fauzan.
"Eh, maaf. Apa aku datang di waktu yang tidak tepat?" tanya Mika yang mencegah Fauzan pergi.
Fauzan diam dan melihat ke arah Nadia. Nadia hanya diam melihat Fauzan yang melihatnya. Lalu, Fauzan melihat ke arah Mika.
"Tidak. Kamu tidak mngganggu," kata Fauzan pada Mika dengan tersenyum yang dipaksa. Setelah itu, Fauzan kembali melihat ke arah Nadia. "Akulah yang datang di waktu yang salah," katanya masih dengan melihat Nadia.
Nadia melihatnya dengan wajah kecemasan. Mika bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di antara mereka? Ada apa ini sebenarnya?
"Silahkan temani Nadia ya Mik. Aku ada urusan," kata Fauzan. Kemudian, ia pergi tanpa pamit dan menoleh ke arah Nadia lagi.
Nadia melihat Fauzan. Tiba-tiba, ia merasa gelisah tidak menentu. Apa Fauzan saat ini sedang marah padanya? Nadia masih melihat Fauzan yang terus saja berjalan menjauh darinya. Mika memperhatikan Nadia, tanpa Nadia sadari. Ia harus tahu ada pertengkaran apa di antara mereka? Kemudian, Mika berdehem beberapa kali. Nadia yang sadar dengan Mika itu, menoleh ke arah Mika.
"Ada apa Nad? Kalian bertengkar?" tanya Mika.
Nadia melihat ke arah Mika. Kemudian, ia menundukkan kepalanya dan menghela nafas panjang. Mika tahu, setelah ini Nadia pasti akan mengungkapkan semua kerisauannya.
***
"Latihan selesai!"
Fauzan membungkukkan badannya pada para judoka. Judoka-judoka itu, juga membungkukkan badan mereka membalas salam judo untuk pelatih mereka. Setelah selesai berlatih, para judoka berhamburan.
Fauzan berjalan ke arah Dicky. Dari tadi, Dicky memperhatikan Fauzan yang seolah ingin marah saja. Entah apa yang terjadi pada Fauzan?
"Sudah selesai, Zan?" tanya Dicky heran.
"Ya," jawab Fauzan sembari mengambil botol minum dan membukanya, lalu meminumnya.
Dicky merasa aneh dengan Fauzan. Ia melihat jam dinding di sana. Tidak lama, semua judoka berhamburan keluar ruangan. Dicky merasa heran. Kenapa judoka malah pulang cepat? Pikir Dicky. Ia lalu melihat ke arah Fauzan.
"Bukannya masih setengah jam lagi, Zan?" tanya Dicky pada Fauzan.
"Aku ada sedikit urusan," jawab Fauzan datar.
"Tumben? Biasanya kan kau selalu tepat waktu?" Dicky yang masih merasa heran.
Fauzan nampak tidak menjawabnya.
Dicky melihat ke arah Fauzan yang menggulung kain pada kedua tangannya, menyelubungi semua jarinya. Dicky merasa semakin aneh melihat Fauzan.
"Apa yang akan kau lakukan? Jangan bilang kalau kau akan berlatih sendirian?" tanya Dicky.
"Seperti yang sudah kau lihat bukan?" jawab Fauzan yang juga memberikan nada tanya.
"Kau berlatih menggunakan itu?" Dicky masih merasa heran.
Fauzan tak menjawabnya. Ia hanya menganggukkan kepalanya satu kali. Dicky menebak-nebak apa yang sedang terjadi pada Fauzan? Dicky melihat dan berpikir, Nadia tidak bersamanya. Dari tadi Fauzan seolah ingin marah. Apa memang jangan-jangan ini karena Nadia?
"Zan, aku tidak melihat Nadia bersamamu. Kau tidak mengajaknya kemari?" ujar Dicky yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Fauzan nampak tak menjawabnya. Diamnya Fauzan justru sudah menjawab semuanya.
"Ini soal Nadia, kan?" tanya Dicky.
Fauzan yang masih menyelubungi tangannya dengan kain, tidak juga menjawab. Ia hanya diam dan terus melakukan apa yang dilakukannya. Membuat prasangka Dicky memang benar jika mereka sedang ada masalah.
"Jadi, benar ini soal Nadia?" tukas Dicky sekali lagi untuk memastikan. Fauzan masih tetap diam. Jika Fauzan tidak menjawabnya, artinya memang iya.
"Ada masalah apa kau dengan Nadia?" tanya Dicky
"Kami tidak ada masalah, seingatku." Suara Nadia mendadak muncul di tengah-tengah mereka.
Baik Fauzan dan Dicky menoleh ke asal arah suara tersebut. Nadia sudah berdiri tidak jauh dari Fauzan dan Dicky. Mereka terkejut begitu mendapati Nadia muncul di antara mereka.