Chereads / Venganza The Twins / Chapter 3 - Babak Belur

Chapter 3 - Babak Belur

"Fania, Fiona, banguuun!" ucap Bu Rani membangunkan tidur kedua anaknya. Sesekali ia menggoyangkan kaki kedua anak gadis itu.

Fania senyum-senyum sendiri dengan mata terpejam. Entah pangeran tampan manalagi yang singgah dalam mimpinya kali ini.

Cara paling cepat membangunkan Fania adalah menggelitik pinggang atau membuatnya terjatuh dari tempat tidurnya.

"Aww!" jerit Fania.

Seperti itulah suasana setiap pagi hari si kembar. Setelah terjatuh, Fania dan Fiona saling tatap lalu tertawa kecil.

"Cepet mandi lo sana. Lo kalau siap-siap lama banget, bekicot aja kalah sama lo!" sindir Fiona.

"Kelamaan jomblo lo! ngomel mulu kayak emak-emak kost!" balas Fania.

"Daripada lo, mantan banyak banget udah kayak sekolahan."

"Ngarang lo! gilak kalik gue punya mantan sebanyak itu."

"Kan home schooling."

"Terserah Fi, terserah! budu umut!"

"Emang gue imut!" ledek Fiona.

Fania hanya berdiri meneruskan langkah menuju kamar mandi. Membuat debat diantara mereka terhenti.

Sementara Fiona terkekeh merasa memenangkan debat kali ini. Lagi dan selalu menang.

Benar saja. Dua puluh menit kemudian, Fiona telah siap sejak tujuh menit yang lalu untuk berangkat sekolah. Sementara Fania masih sibuk di depan cermin.

"Lo lama banget sih udah kayak cewek aja," ledek Fiona.

"Gue mah cewek tulen, ya! Emang kayak lo cewek jadi-jadian!" balas Fania tidak mau kalah.

"Yaudah cepetan nanti lo telat sekolah!"

"Lo duluan aja, ngapain nungguin gue?"

"Lo nggak mau gue tunggu?" tanya Fiona.

Fania menyentil dahi saudara kembarnya.

"Awww! apaan sih lo! emang gue salah apaan sih?"

"SMA kita beda, Jamal!" ucap Fania setengah berteriak.

Fiona hanya ber-oh.

Sejak taman kanak-kanak hingga

sekolah menengah pertama mereka selalu berangkat bersama dan saling menunggu. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Kali ini terasa teramat berbeda.

Padahal hanya berbeda sekolah namun Fiona rindu dengan kembarannya.

"Kenapa lo manyun?"

"Kangen gue sama lo!"

"Aelah lebay amat sih lo. Padahal cuma kepisah berapa jam doang."

"Kenapa lo enggak tanya alasan gue kangen sama lo, Fan?"

"Kenapa emang? karena gue cantik?"

"Jalan-jalan ke rumah kabayan, jalannya sama mang Iyan."

"Cakeeep," sahut Fania.

"Iya gue kangen, soalnya enggak ada yang gue gangguin. Ha ha ha," tawa Fiona begitu nyaring.

Sebelum jari halus Fania memberi cubitan maut, Fiona lekas melarikan diri dari pandangannya secepat kilat.

Bu Raniesha yang melihat tingkah kedua anak kembarnya hanya menggeleng kepala. Sudah tidak heran lagi dengan kelakuan anak kembarnya yang kini telah beranjak dewasa namun tingkah laku masih saja seperti anak kecil.

Simon ─ayah mereka─ hanya acuh. Menurut Fiona, di rumah mereka tidak ada yang menyayangi dirinya lebih tulus selain ibunya. Maka sesibuk apapun dirinya, pasti meninggalkan apapun yang sedang dikerjakan jika sang Ibu sedang membutuhkan bantuan.

***

"Faniaaaaa...," teriak seorang gadis di depan gerbang sekolah.

Fania berlari menuju gadis cantik itu.

"Ughh... Hampir gue telat lagi," ucap Fania sedikit terengah-engah.

Gadis itu bertepuk tangan.

"Gue bangga sama lo, ini pertama kalinya enggak sih selama sebulan ini lo enggak terlambat sekolah?"

"Kamila Afrianti!"

"Yes, babe?"

"Lo lagi ngasih gue pujian atau lagi ngehina gue sih?" tanya Fania kesal.

Kamila Afrianti adalah satu-satunya sahabat Fania di sekolah ini.

Meski bersahabat, Kamila juga tidak mengetahui bahwa Fania memiliki

saudari kembar. Sama seperti semua teman-teman Fania yang tidak ada mengetahui tentang hal itu.

"Fan, tungguin gue dong!" teriak Kamila pada Fania yang meninggalkan dirinya.

Fania dan Fiona sebelumnya sekolah di luar negeri. Jadi bisa dipastikan tidak ada satupun teman yang mereka kenal di sini. Simon keturunan Korea-Indonesia namun karena perekonomiannya yang kian menurun maka mereka memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sekaligus melepas rindu dengan tanah air tercinta. Begitu kata Simon.

"Kata anak-anak lo jadian ya sama Kelvin?" tanya Kamila.

Kelvin adalah cowok tertampan di sekolah mereka. Pria dingin dan jarang senyum namun tetap tidak membuat kadar tampannya menurun.

"Kalau iya kenapa? lo cemburu?" tanya balik Fania.

Sekaligus pertanyaan yang membuat Kamila terkejut.

"Ngapain juga gue cemburu. Dia temen

main gue dari kecil. Sampai bosen gue lihat mukanya."

"Yakin enggak punya perasaan apapun sama Kelvin?"

"Ya, enggaklah! kalau you nak you ambillah," balas Kamila dengan logat

Melayu.

"Lo kira dia apaan? barang loakan?"

"Cie gebetannya marah."

"Terserah lo deh, Mil!" kesal Fania seraya setengah berlari.

"Kebiasaan banget ini anak, gue ditinggal mulu," gerutu Kamila.

"Woilah Fan, tungguin gue!" teriak Kamila.

Di sekolah Fania ada dua cowok populer. Damar dan Kelvin.

Jika Kelvin terkenal karena sikap dinginnya, maka Damar terkenal karena nakalnya.

Sayangnya, Kelvin dan Damar tidak akur. Entah apa penyebab mereka berdua tidak akur. Padahal menurut kabar, Kelvin sangat dekat dengan Cakra ─kakak kandung Damar yang selisih lima tahun lebih tua dari Damar.

Entah apa yang menyebabkan Kelvin dan Damar tidak akur.

Yang jelas sejak awal mereka menginjakan kaki ke sekolah ini, mereka memang tidak pernah nampak akur. Jika tidak sengaja bertemu, mereka seperti berpura-pura tidak saling kenal.

Fania sendiri jelas lebih menyukai pria dingin seperti Kelvin. Menurutnya, laki-laki seperti dia lebih terlihat mahal dan tidak gampangan.

***

Fania dan Kamila sendiri bersaing secara sehat. Namun bukan bersaing untuk menaklukan hati Kelvin, melainkan bertarung soal peringkat kelas. Menurut data laporan belajar mereka sebelumnya, kedua gadis itu memiliki nilai tertinggi di kelas mereka.

Fania memperhatikan Kamila yang sedang melamun.

"Lo mikirin apa sih?"

"Gue tiba-tiba kepikiran nih, kayaknya seru deh kalau gue punya pacar yang ganteng kayak Baek Kyung."

"Oh i see. Lo habis nonton drama korea Extraordinary you, ya?"

"Iya. Ganteng banget kan?" tanya Kamila masih bermain dengan dunia halusinasinya.

Fania menepuk dahi Kamila.

"Lo ngapain sih?" keluh Kamila.

"Sakit enggak?"

"Ya, sakitlah!"

"Yaudah. Biar enggak sakit lagi, bangun

dari mimpi jangan tidur mulu. Nanti kalau lo jatuh sakit loh."

"Yaampun Fania, lo enggak bisa banget apa lihat gue bahagia?"

"Mil, gue tahu lo setres habis belajar mati-matian. Tapi jangan enggak waras juga dong!"

"Lah makanya gue mikirin Baek Kyung biar gue tetep waras."

"Iya tap-" ujar Fania terhenti seraya menghela napas.

"Iya deh, yang waras ngalah ajalah ya," balas Fania mengalah.

Hening, lalu tiba-tiba Kamila melanjutkan.

"Lo pingin dapat pacar yang kayak gimana?"

"Yang enggak kayak Baek Kyung!" ledek Fania.

"Halah gaya lo. Paling kalau ada depan mata, lo juga kejang-kejang!"

***

Matahari masih menyengat, padahal waktu telah menunjukan pukul tiga sore.

Fania sedang menemui guru matematika ditemani oleh Kamila.

Suasana sekolah semakin sepi. Tiba-tiba saja ada tangan yang menyentuh pundak mereka. Saat mereka menolah ke belakang.

"Aaaaaa," teriak yang sama dari Fania dan Kamila.

"Ngapain lo berdua teriak sih?"

"Astaga! Argin?"

"Iya gue Argin!"

"Terus kenapa muka lo bonyok babak belur gini?" tanya Fania.

"Gue habis casting tadi. Ternyata gue jadi peran pengganti buat adegan action."

"Adegan action gimana maksud lo?"

"Pemeran utama ceritanya babak belur dihajar si penjahat. Dia cuma di make-up seolah dia yang dihajar. Dan gue yang beneran babak belur!"

Mendengar penjelasan dari Argin membuat Fania dan Kamila tertawa terbahak-bahak. Mereka sudah tidak bisa menahan tawa hingga sakit perut.

"Temen menderita, bukannya simpati malah bahagia ya lo berdua?"

"Itu karma namanya, Ar."

"Kalau sinetron judulnya jadi, Adzab bolos sekolah wajah jadi babak belur. Ha ha ha," sahut Kamila.