Nathan melompat turun dari ranjangnya, dia menuju balkon untuk menghirup udara malam yang terasa dingin menusuk kulit.
"Pulanglah! Setidaknya caci aku, malu aku asalkan aku bisa melihatmu lagi! Pulang sayang!" Nathan bicara sendiri sambil memandang bintang yang menghias langit kelam.
Dia tidak bisa tidur karena masih terus memikirkan keberadaan Adelia, istrinya.
"Aku harus mencari mu kemana?" monolog Nathan.
Angin yang kini semakin terasa menusuk kulit bahkan sampai meresap kedalam tulang, tapi Nathan menikmati setiap belaian angin malam yang blink tenavh memeluknya yang tengah terluka.
"Aku minta maaf," lirihnya sambil mengusap setitik air mata yang jatuh di sudut matanya.
Kilasan masa lalunya bersama sang istri terus terngiang di kepala Nathan. Pria itu sesekali menarik sudut bibirnya membentuk senyum tapi kini bibirnya bahkan dia tekuk ketika apa yang saat ini dirinya hadapi.
