Chereads / BELOVED HUSBAND / Chapter 10 - Berpisah

Chapter 10 - Berpisah

Dua Minggu telah berlalu, dua Minggu itu pula Andra merasa jika Arsha kembali asing padanya. Ia bahkan sudah sangat sering mengajak Arsha keluar bersama, namun hanya satu kali perempuan itu turuti dan itu pun tidak terlalu lama karena Arsha selalu mengatakan ingin pulang dikarenakan banyak pekerjaan.

Saking gemasnya, Andra pernah menyuruh Arsha agar berhenti menjadi guru saja. Mungkin karena hal itu pula Arsha menjadi kesal dan asing terhadap Andra. Entahlah, pria itu pun tampak sangat frustrasi menghadapinya.

Jika dulu ia dengan sangat mudah mendapatkan hati wanita, namun tampaknya, tidak dengan sekarang, Arsha selalu menjauh dan ia benar-benar berusaha untuk mendapatkannya, bukan hanya sebatas mengedipkan sebelah mata saja. Arsha benar-benar mahal.

"Tidak bisakah kamu memberikan waktu luang untukku?" tanya Andra setelah beberapa menit menunggu perempuan di depannya diam, tidak terus sibuk dengan laptop serta buku-buku yang pastinya ia gunakan untuk mengajar.

"Katakan saja jika ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan. Toh telingaku masih berfungsi," ujar Arsha, terdengar sangat dingin dan datar.

Andra membuang napasnya secara kasar, ia benar-benar tak suka diperlakukan seperti ini. Setelah dua Minggu lamanya, ia hanya bertemu dengan Arsha sebanyak dua kali, bahkan di setiap pertemuannya perempuan itu seolah acuh padanya.

"Aku mencintaimu," lirih Andra.

Arsha yang sebelumnya tengah sibuk mengetikkan sesuatu di keyboard laptop miliknya tiba-tiba mengehentikan pergerakan itu dan membalas tatapan Andra yang memang sedari tadi ia diamkan.

"Tolong percaya," lanjutnya. Arsha masih belum bereaksi, otaknya benar-benar kosong dan tidak sanggup berpikir ketika mengingat ucapan Andra yang pertama. Ia berharap jika semua ini hanyalah mimpi, dan beberapa saat kemudian ia akan keluar dari mimpi seperti ini.

"Aku harap kamu sedang simulasi mengungkapkan perasaan pada perempuan yang kamu cintai. Dan perempuan itu bukan aku," ujar Arsha, terdengar sangat tenang namun hati perempuan itu sendiri tengah tak karuan sekarang.

Andra memejamkan matanya sebentar, ia cukup sakit hati dengan ucapan perempuan itu, namun ia juga harus tahu alasan Arsha terus menjauhinya.

"Tolong katakan alasan mengapa kamu terus menjauhiku!" tegas Andra yang kali ini berhasil membuat Arsha tertarik dengan topik pembicaraannya.

"Aku tidak ingin menaruh hati pada orang yang salah. Aku tahu, kamu baik, pengertian, bertanggung jawab, dan tentunya memiliki segala. Namun, lihatlah diriku! Apakah perempuan sepertiku pantas bersanding denganmu? Apakah pantas sebongkah berlian bersanding dengan sesuatu busuk sepertiku? Kedekatan seperti ini sudah membuatku sakit dengan berbagai cibiran orang lain, dan aku tidak mau jika kelak aku harus gila karena terus mendapat tekanan! Pergilah cari yang lebih sempurna, dan cari yang satu kasta denganmu," jelas Arsha dengan mata yang mulai memerah, mencoba menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Andra mengangkat tangan kanannya, memijat dahi untuk menormalkan tekanan darah yang sedikit meningkat mendengar ucapan perempuan di depannya.

"Apakah perkataan dari orang lain sangatlah penting? Bahkan aku bisa membawamu ke suatu tempat yang jauh dari manusia, Arsha! Katakan saja apa yang kamu butuhkan, katakan apapun yang kamu tidak suka! Aku hanya ingin kamu selalu ada denganku," pinta Andra, wajahnya terlihat lelah dengan segala yang ia pikirkan saat ini.

"It's up to you what you want, it's up to what you say. I just want to get back to my comfort zone," ujar Arsha yang setelahnya perempuan itu melenggang pergi meninggalkan Andra yang termenung.

Beberapa saat kemudian, fokus Andra terpecah ketika mendengar notifikasi yang dihasilkan oleh ponselnya yang berbunyi.

Dengan cepat Andra mengeluarkan benda pipih itu dari saku jasnya, mulai membuka aplikasi tempat pesan itu berada, yang ternyata dari Arsha.

Percayakan semua pada Tuhan, sekalipun kita tidak bisa bersama, setidaknya itulah cara Tuhan agar kamu mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku.

Andra tersenyum miris membaca pesan itu, hatinya mendadak terluka setelah sekian lama ia membayangkan jika hidupnya akan indah jika memiliki sosok pendamping seperti Arsha. Ia benar-benar tak menyangka jika semuanya akan berakhir seperti ini.

"Apakah semuanya berakhir? Atau ... saat ini Tuhan sedang ingin melihatku benar-benar berjuang?" tanya Andra pada dirinya sendiri. Di satu sisi, ia percaya jika Arsha tidak mungkin cinta padanya, dan di sisi lain, ia benar-benar ingin berjuang dan mendapatkan Arsha seutuhnya, dan selamanya.

***

Di tengah malam yang sunyi, Arsha terbangun karena gigitan nyamuk di tangannya. Perempuan itu pun sudah tak merasakan mengantuk lagi meskipun waktu baru menunjukkan pukul 2 malam.

Tak ingin membuang-buang waktu di jam-jam baik seperti ini, Arsha pun memilih bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas mengambil air wudhu sebelum menjalankan shalat tahajud 4 rakaat seperti biasa ketika ia tengah terbangun di malam hari.

Arsha terlihat sangat khusyuk, tak lupa juga perempuan itu bershalawat pada Nabinya sebaik mungkin dan seikhlas mungkin, barulah setelah itu Arsha berdoa pada yang maha kuasa.

Arsha sampai tak sadar jika matanya mulai mengeluarkan cairan bening ketika meminta ampunan pada sang ilahi, meminta ampunan dosa-dosa yang telah ia lakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Sungguh, di saat seperti inilah waktu yang pas untuk menceritakan keluh kesah.

"Engkaulah yang membuat skenario hidup hamba, engkaulah pengatur segala yang hamba lakukan. Hamba mohon padamu ya Rab, berkah'kanlah hidup hamba, ridhoilah hamba, dan aturlah sebaik mungkin tentang permasalahan atau pun sesuatu yang terjadi pada diri hamba. Termasuk calon imam hamba kelak. Hamba percayakan semuanya padamu, ya Rab," lirih Arsha dengan air mata yang terus mengalir. Hatinya benar-benar rapuh ketika mulai mencurahkan isi hati pada zat yang paling menyayangi dirinya.

Setelah selesai, Arshaa tak langsung tidur, perempuan itu memilih untuk menyibukkan diri dengan laptop maupun membaca buku agar pengetahuannya semakin bertambah. Toh semuanya ia curahkan kembali pada murid yang selalu ia ajar.

***

Di dalam kamar mewah milik keluarga Parwez, ada seseorang yang tengah gelisah karena tidurnya merasa tak nyaman. Andra, pria itu kini telah beralih untuk duduk. Entah mengapa, matanya sangat sulit terpejam, padahal, ia hanya terbangun karena tak sengaja tangannya terpentok meja.

Ketika tengah asyik melamun, tiba-tiba saja Andra teringat dengan Tuhannya, ia teringat tentang kehidupannya selama ini. Bercahaya di mata manusia, namun tidak di mata Tuhan.

Mengingat semua itu tentu saja membuat Andra semakin gelisah dan merasa bersalah, ia sadar jika dirinya benar-benar terjatuh dalam dosa.

"Mungkinkah engkau telah memberikan hidayah pada hamba? Atau mungkin engkau sudah memberi izin agar hamba kembali mendekat?" tanya Andra pada kekosongan di depannya.

Pria itu pun beranjak berdiri, mendekati jendela besar dan membuka tirainya. Terlihat bulan dengan segala keindahan lainnya di langit, memancarkan ketenangan bagi siapa pun yang memandang.

"Bismillah," lirih Andra sambil kembali berbalik badan untuk mengambil air wudhu.

***