Casey terus berusaha melepas rambutnya dari kaitan kancing di lengan pakaian tuan mudanya itu. Dengan tangan gemetar dan peluh keringat yang mulai mengucur meskipun ruangan dingin karena AC, tetapi tetap tidak mendinginkan pikiran dan mengusir ketakutan gadis itu. Sedangkan Luke sudah mulai gusar karena Casey masih belum berhasil. Ia berkali-kali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya bahwa tinggal lima belas menit lagi istirahat selesai.
"Masih belum juga?" tanya Luke tidak sabar, nada bicaranya semakin menunjukkan bahwa ia kesal.
"Se-sebentar, Tuan!" sahut Casey gemetar, ia ingin menangis.
Helaan napas berat keluar dari mulut Luke. Ia memijat dahinya yang pening. "Bisa-bisanya rambutmu tersangkut di situ."
"Ma-maaf!"
"Tidak bisakah kau sehari saja tidak membuatku pusing? Selalu saja ada sesuatu yang terjadi, aku ingin bekerja dan dengan tenang," omel Luke lagi. "Cepat selesaikan itu, kita tidak punya banyak waktu lagi!"
