"Aku lelah."
Dua kata itu mampu membuat ketiga pria di sana membulatkan netranya. Eric benar-benar berada dalam titik terbawahnya. Seperti bukan Eric yang biasanya.
"Eric ...."
Eric tersenyum getir, ia menatap ketiga saudaranya dengan raut wajah yang memprihatinkan. "Sepertinya mau seberusaha apa pun aku, aku tidak bisa menyamakan langkahku dengan kalian," ujar Eric, bibirnya mulai bergetar.
"... apa maksudmu? Jangan menyerah, Eric. Kau—"
"Bullshit!" potong Eric dengan nada tinggi. "Yang tahu sampai segila apa aku berjuang, hanyalah aku. Apa pun yang aku lakukan, aku tetap selalu dipandang terbawah dari kalian. Kakak dan adikku orang-orang yang hebat, sedangkan aku? aku bukan siapa-siapa," lanjut Eric seraya menutup matanya, senyum getir masih terhias di wajah tampan itu.
"Kau ... selalu berpikir seperti itu?" sahut Luke memandang adiknya tak percaya.
Noel memegang lengan Eric. "Eric, tenanglah."