Ayah menghela nafas. "Kau selalu keras kepala."
Senyum tersungging di mulutku. "Sama seperti kamu."
Komentar Aku membuat Aku mendapatkan senyum langka dari Ayah, lalu dia mengangguk ke arah pintu depan. "Sudah larut, nona. Pergi."
Aku meluangkan waktu sejenak untuk memeriksa pewarnaan Ayah. Dia memang terlihat lebih baik, kulitnya tidak begitu pucat lagi. "Sampai jumpa, Ayah."
"SMS aku ketika kamu sampai di rumah, jadi aku tahu kamu aman," Ayah memanggilku.
"Aku akan."
Menarik pintu hingga tertutup di belakangku, aku mengambil ponselku dari tas agar aku bisa memesan taksi .
Ketika Aku sampai di rumah, Aku berencana untuk mandi dan langsung tidur. Hari ini sungguh melelahkan.
****
Kiara
Lima hari. Hanya lima hari, dan Aku akan mendapatkan gaji pertama Aku.
Tuhan, aku tidak sabar.
