Saat ini Elea tengah mengunjungi rumah sahabatnya, sudah cukup lama mereka tidak bertemu langsung seperti ini. Selama ini mereka hanya mengobrol lewat telepon, namun sekarang Elea akhirnya ada waktu juga untuk berkunjung menemui sahabatnya.
"Elea, aku sudah tidak tahan lagi dengan semua perlakuan Andre dan aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya. Kita sudah lama enggak komunikasi lagi ... Walaupun Papah terus memaksa agar aku terus menjalin hubungan dengan Andre. Aku benar-benar enggak mau, itu sama saja menyuruhku untuk masuk kedalam lembah neraka.
Kata-kata Alena begitu mendalam, matanya memerah dan berkaca-kaca, seperti ada bendungan emosi dan kesedihan yang telah lama terpendam. Sebegitu benci kah ia kini dengan calon suaminya yang berprofesi sebagai Direktur disebuah Perusahaan Multinasional itu? Apa yang membuatnya terpuruk hingga menyebut jika hubungannya dengan Andre sebagai neraka?
Elea adalah sahabat terbaik Alena sehingga Elea sangat paham betul bagaimana kondisi sahabatnya kini.
"Kamu sudah pikirkan ini semua? Padahal kalian sudah merencanakan pernikahan, masa harus batal begitu saja?"
Elea mencoba memberikan masukan kepada Alena dan memintanya untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Apalagi Andre sudah mendapatkan hati orangtua dan keluarga Alena sehingga tidak usah diragukan lagi kedekatan Andre dengan keluarga Alena.
"Dia menghamili wanita lain, Elea!" sentak Alena hingga langsung membuat Elea terkejut seketika.
"Apa?" batin Elea. Jantungnya berdetak kencang, ia sungguh belum bisa percaya dengan apa yang sahabatnya katakan namun Alena tidak mungkin berbohong.
Tidak lama setelah itu akhirnya air mata mengalir dipipi cantik Alena. Hatinya begitu rapuh dan saat ini yang hanya mengetahui cerita tersebut adalah Elea.
Elea langsung memeluk sahabatnya itu dengan dekapan yang sangat erat, ia tidak pernah menyangka jika sahabatnya itu harus mendapatkan pengkhianatan dari laki-laki yang selama ini dianggap sangat baik, sopan, dan ramah.
Setelah berpelukan dengan sahabatnya, Alena langsung menghela nafas dalam-dalam. Seolah ia berusaha untuk tetap kuat dan bangkit meskipun rencana pernikahannya dengan Andrea harus batal karena Andre menghamili perempuan lain.
"Elea ... Kamu tau enggak? Aku sekarang sedang mencintai laki-laki lain? Walaupun aku tau aku salah, tapi aku nggak bisa memungkiri, aku terkadang berkhayal bahwa mungkin kelak aku bisa bersatu dengan Daffa."
Elea langsung mengerutkan keningnya. "What Daffa? Siapa itu?"
"Apa mungkin karena saking sakit hatinya dengan Andre jadi Alena diam-diam mencintai laki-laki lain?" batin Elea yang merasa jika sahabatnya ini sangatlah aneh.
"Daffa adalah sosok laki-laki yang sangat baik, pengertian, dan selalu saja berhasil membuat aku bahagia. Mungkin Daffa adalah sosok laki-laki yang dikirimkan oleh semesta disaat aku sedang hancur-hancurnya menerima kenyataan jika kekasihku menghamili perempuan lain.
"Aku harus bicarakan ini dengan Andre! Kenapa ia benar-benar tega menyakiti perasaan Alena. Aku juga ingin tahu wanita mana yang dihamili oleh Andre," gumam Elea dalam hatinya.
"Sekarang kamu tenang ya Alena, aku mengerti perasaan kamu saat ini. Kamu harus yakin jika kamu akan merasakan kebahagiaan setalah melewati rasa pahit ini," ujar Elea yang mencoba untuk menguatkan hati sang sahabat.
"Makasih ya karena kamu selalu ada untuk aku. Aku enggak tahu lagi harus cerita sama siapa kalau bukan sama kamu. Karena jika aku cerita sama Mama atau Papah rasanya percuma saja. Mereka enggak akan percaya sedikitpun karena dimatanya, Andre adalah sosok laki-laki yang sangat baik dan bertanggung jawab padahal itu sangat berbanding terbalik dengan sikap Andre yang sesungguhnya."
Elea mengangguk pelan, meskipun sejujurnya ia juga kurang percaya jika Andre tega melakukan hal itu lagian selama ini kelihatannya hubungan mereka sangat harmonis dan baik-baik saja. Namun kenapa saat akan merencanakan pernikahan semuanya harus menjadi seperti ini. Namun meskipun begitu Elea sangat bersedih mendengarkan curahan hati sahabatnya itu.
"Aku kira Alena menyuruhku berkunjung ke rumahnya karena ada hal baik yang ingin dia ceritakan namun ternyata sebaliknya. Aku kasihan juga melihat kondisinya yang sekarang, fisiknya kini telah jauh berbeda saat terakhir kita bertemu dulu, Alena kini lebih kurus, mungkin karena banyak permasalahan yang menimpanya," batin Elea sambil memperhatikan raut wajah Alena.
"Oh iya, Alena. Tadi kamu bicara sosok Daffa, aku baru mendengar ceritanya sekarang. Biasanya kamu selalu cerita dengan aku tentang siapa saja laki-laki yang sedang dekat dengan kamu tapi soal Daffa aku bener-bener enggak tahu dan aku penasaran siapa dia?"
Raut wajah Alena langsung berubah seketika, ia yang saat tadi membahas Andre tampak murung namun kini sebaliknya saat Elea melemparkan pertanyaan tentang Daffa, Alena langsung tersenyum lebar dan bersemangat.
"Dia adalah teman laki-laki aku, dia sangat baik dan sampai detik ini aku belum pernah menemukan laki-laki sebaik Daffa bahkan dia lebih baik dari Papah yang selalu saja membuat aku sakit hati dengan perkataannya. Daffa selalau ada saat aku sedih maupun senang dia tidak pernah menyakiti aku sebagaimana Andre telah berkhianat kepadaku."
"Kamu punya fotonya? Aku boleh lihat enggak?" tanya Elea yang semakin penasaran dengan sosok Daffa yang begitu membuat Alena tergila-gila.
"Saat ini aku belum punya fotonya tapi nanti aku akan lukis wajah tampannya dan menunjukkan lukisan itu sama kamu," balas Alena yang memang sejak kecil sudah hobi melukis bahkan ia sudah menjadi langganan juara lomba melukis baik tingkat nasional maupun internasional pada masa sekolahnya.
Elea hanya terdiam lalu tersenyum ketika melihat wajah Alena. "Len, coba kita ke Klinik Kecantikan yuk atau enggak ke salon bareng udah lama loh kita enggak pergi ke salon bareng," bujuk Elea yang prihatin melihat kondisi Alena sekarang. Wajah cantik dan mempesonanya kini perlahan mulai pudar, kantung mata tebal yang menghiasi Alena membuat penampilannya juga tidak secantik dulu padahal dulu Alena adalah anak paling cantik di sekolahnya banyak laki-laki yang berlomba-lomba untuk menjadi pacarnya namun sekarang justru sebaliknya.
"Enggak! Untuk apa aku pergi ke klinik kecantikan ataupun ke salon sekarang? Dulu saat aku rajin merawat diri supaya terlihat cantik dan segar saja, masih saja aku dikhianati oleh Andre. Sekarang masih ada yang menerima aku meskipun kondisi ku sudah tidak secantik dulu lagi. Dia adalah Daffa! Ya Daffa yang aku ceritakan sama kamu Elea."
"Baiklah kalau begitu, aku bukan bermaksud apa-apa kok Len, aku hanya sedikit terkejut dengan penampilan kamu yang berubah drastis."
"Iya aku paham kok maksud kamu."
"Sekarang Mama sama Papah kamu mana Len? Aku juga sudah lama enggak bertemu mereka." Elea memang cukup kenal dekat dengan orangtua Alena karena keluraga mereka juga cukup dekat. meskipun terkadang Elea tidak menyukai orangtua Alena karena sering berbuat kasar dan jahat pada Alena. Elea memang sudah lama menjalin persahabatan dengan Alena jadi ia cukup mengetahui bagaimana kehidupan pribadi sahabatnya itu.