Menanggapi pernyataan Aaron yang terdengar sangat-sangat tidak masuk akal, membuat Erick lebih memilih tidur. Ia tidak suka, entah kenapa. Hal apa saja yang terdengar aneh akan semakin gila menurut Erick. Dan satu-satunya jalan untuk keluar dari zona permasalahan itu adalah dengan tidur menurutnya. Setidaknya dengan tidur, ia bisa menetralkan dan menjernihkan pikirannya. Yah.... Setidaknya.
"Maaf Bang, Agatha aku jadi ngantuk. Kasih waktu buat aku untuk jernihin pikiran. Karena ini semua nggak masuk akal!" ujar Erick mutlak.
"Apanya sih Kak? Please, kalian harus percaya sama aku!" pinta Agatha.
Aaron menghela napas pelan, "Iyaa Agatha, benar kata Erick. Sebenarnya ini semua nggak masuk akal. Lebih baik kita istirahat dulu sebentar yaa? Seenggaknya buat jernihkan pikiran kita masing-masing. Nggak papa ya? Tapi kita harus sepakat setelah istirahat dan tubuh udah kembali fresh, kita lanjut bahas ini. Gimana? Setuju?"
"Aku setuju. Setidaknya pikiranku bisa jernih. Ayolah, kita telah melewati malam yang panjang. Tidak bisakah kita istirahat sejenak menjernihkan pikiran? Dari hal-hak yang bisa menguras tenaga dan pikiran kita. Aku cuman pingin tenang, just for a while. Can we?" tanya Erick. Suaranya terdengar seperti orang yang hampir putus asa.
Sebenarnya kalau menelisik lebih dalam lagi, tentang perjalanan mereka sebelumnya, itu bukanlah suatu kejadian yang bisa dilupakan dan diabaikan begitu saja. Perasaan sakit itu pasti ada dan masih ada. Tidak akan langsung menghilang begitu saja. Dan disaat pikiran mereka penuh dengan kejadian yang terjadi sebelumnya, kini mau tidak mau mereka harus menambah beban pikiran mereka sendiri. Yaa... Itu adalah hal yang cukup sulit.
"Astaga, aku minta maaf Kak Erick. I don't mean like that. I'm so sorry." sesal Agatha.
"No, it's fine ok. I just need rest, then after that we will continue our discussion. Ok?"
"Ok" timpal Agatha dan Aaron serempak.
Setelah itu, Agatha keluar dari tempat istirahat Aaron dengan Erick. Ia kembali ke bilik kamarnya. Yaa... Saat ini mereka mencoba untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Terlebih pikiran mereka.
Waktu terus berlalu dan sore telah berganti. Kini malam telah menemani. Baik Erick, Aaron dan Agatha sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu. Tatkala Bibi Lisa meneriaki ketiganya untuk segera bangun dan mandi setelah itu makan malam bersama di meja makan.
"Ayo makan. Kenapa kalian diam? Makanan Bibi nggak enak ya?" ujar Bibi Lisa penasaran.
Masalahnya, sejak mereka berkumpul dan bersatu di meja makan ketiganya masih terdiam. Rasanya tiidak ada yang mau membuka percakapan. Semuanya seperti sedang sibuk berperang dengan pikiran mereka sendiri. Selain itu muka kusut mereka yang terlihat membuat Bibi Lisa menyadari bahwa ada yang tidak beres diantara mereka bertiga.
"Kalian kenapa sih? Nggak ada yang mau jawab pertanyaan Bibi nih? Nggak enak lho dikacangin, udah kayak mau jualan aja."
Suasana dan kondisi di sekitar meja makan tetap hening. Sudah dua menit berlalu dan tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan Bibi Lisa. Bibi Lisa pun mulai lelah melihat Erick, Aaron dan Agatha yang hanya menunduk melihat ke arah bawah meja sedari tadi. Hingga disaat rasa lelahnya mulai memuncak menghadapi sikap ketiganya, refleks ia mengetuk pelan sendok sampai bersuara. Dan ternyata...
"Astaga, astaga. Gempa ada gempa." ujar ketiganya yang entah bagaimana caranya bisa serempak mengatakan hal itu.
Dan saat itu juga, Bibi Lisa tertawa terbahak-bahak melihat aksi konyol Agatha, Erick dan Aaron. Ternyata sedari tadi baik Aaron, Erick dan Agatha tertidur di meja makan! Iya, tertidur. Itulah yang menyebabkan kenapa ocehan demi ocehan, pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh Bibi Lisa tidak kunjung mendapat jawaban. Yaa.. Karena ternyata ketiganya tertidur.
"Hahaha, jadi daritadi waktu bibi ngomong terus nanya ngalor ngidul kalian malah tidur? Ya ampun, tau nggak? Bibi ngiranya kalian lagi ada masalah, terus diem-dieman nggak mau saling ngomong. Taunya ternyata kalian malah tidur. Ya ampun, bikin Bibi kesel aja." ujar Bibi Lisa panjang lebar.
Sementara Agatha, Erick dan Aaron belum bisa merespon dan mencerna dengan baik perkataan Bibi Lisa. Agaknya, mereka masih setengah sadar. Namun akhirnya lama-lama mereka sadar. Bahwa mereka sempat ketiduran di meja makan untuk waktu yang tidak bisa dibilang hanya sebentar.
"Oh ya ampun Bibi. Maafkan kami yang udah ketiduran meja makan. Ah, nggak seharusnya kami begitu. Maafkan kami. Entah kenapa rasanya ngantuk sekali. Meskipun kita udah tidur dan mandi. Kami benar-benar minta maaf Bi."
Ialah Aaron yang bersuara. Sebagai orang yang lebih tua dan lebih dekat dengan Bibi Lisa, ia rasa ia harus meminta maaf dan bertanggung jawab atas apa yang ia dan Agatha serta Erick lakukan.
"Ya ampun. Santailah sayang. Bibi tau kalian lelah. Apalagi kalian baru kehilangan keluarga kalian. It's okay. Justru Bibi yang minta maaf, maaf hanya ini yang bisa lakukan. Nggak banyak yang bisa lakukan, selain memberikan kalian tempat untuk istirahat dan makan. Maafkan bibi ya."
"Aaa, bibi. Justru kami yang berterima kasih. Makasih banyak ya Bibi mau nerima Agatha disini. Padahal Bibi nggak kenal Agatha sebelumnya. Mungkin terdengar nggak tahu diri. Maaf ya Bi. Maafkan Agatha."
"Erick juga sama. Makasih ya Bi mau nerima Erick. Padahal bibi juga sama nggak kenalnya sama Erick. Makasih yaa bi dan maaf banget sekali lagi. Maaf malah jadi benalu"
"Duh udah ah udah. Bibi jadi mellow gini. Udah gapapa kok. Justru bibi senang, akhirnya rumah bibi bisa rame. Nggak sepi kayak biasanya. Rasanya ada yang hidup di rumah ini. Nggak cuman bibi aja. Makasih ya sayang. Mulai sekarang, jangan sungkan sama Bibi ya. Anggep aja sekarang bibi adalah keluarga kalian. Alias Ibu kalian, orang tua kalian. Apapun itu, jangan pernah sungkan yaa sama bibi. Oke Aaron? Agatha? Erick? Oke sayang."
"Iyaa bi. Jadi terhura. Makasih ya Bi. Kami semua bener-bener makasih sama Bibi. We love you bi."
"Aaa, love you too kalian. Udah yuk sekarang makan. Tapi sebelum makan kalian raup muka dulu sana, baru makan. Cepetan ya, keburu makanannya jadi dingin." titah Bibi Lisa.
Akhirnya, mereka pun cuci muka dan langsung bergabung dengan Bibi Lisa untuk makan malam. Usai makan malam dan membantu Bibi lisa merapikan meja makan, ketiganya pamit undur diri untuk balik ke kamar. Bibi lisa tersenyum dan mengiyakan. Bibi lisa sendiri juga kembali pada rutinitasnya-yaitu melakukan perawatan untuk dirinya-.
Tiba di kamar yang ditempati Aaron dan Erick, ketiganya langsung duduk melingkar di atas karpet.
Mereka pun mulai membicarakan apa yang sebelumnya ingin mereka bicarakan.
"Oke, now what?"
"Yaitu tadi, Agatha ngaku kalau dia menghilang waktu kita main tadi."
"Serius? Kamu beneran ilang Agatha?"
"Iyaa kak, serius ih. Aku tadi ada di dunia Adney."
Serempak, Aaron dan Erick membelalakkan matanya tidak percaya. Mereka semakin merasa bahwa ini semua tidak masuk akal.
"Hah? Apa? Adney?"