Chereads / Are you here? / Chapter 12 - Bab 12

Chapter 12 - Bab 12

Adney, sebuah nama daerah yang terasa tidak asing untuk di dengar di telinga Erick. Ia merasa ia sering mendengar nama daerah itu, tapi dimana?

"Iya kak, Adney. Kamu pernah kesana kak? Tapi kayaknya itu nggak mungkin deh. Orang kita baru kesini. Aku juga baru ketemu Leon. Leon pun sama. Jadi nggak mungkin, kak Erick pernah ke dunia Adney. I'm the first human, hahahaha." ujar Agatha sambil terkekeh pelan. Tangannya pun tak tinggal diam. Khas seorang wanita. Pasti akan reflek memukul pelan lengan lawan. Hehehehe.

"Duh, bisa nggak sih kalau ngomong tuh ya ngomong aja. Nggak usah sampe mukul segala Agatha. Kebiasaan." tutur Erick sebal karena ia selalu menjadi korban pukulan Agatha untuk beberapa kali sejak mereka bertemu.

"Ya maaf kak, reflek hehe."

"Sst, Agatha. Minta maaf yang bener." tegur Aaron yang akhirnya bersuara kembali setelah sedari tadi hanya diam mendengarkan ocehan demi ocehan yang dilontarkan Erick dan Agatha tanpa henti. Sepertinya, ia memang ditakdirkan untuk menjadi seorang penengah, ya?

Agatha terdiam, salah tingkah ketika mendengar teguran Aaron untuknya. "Iya iya kak. Maaf yaa Kak Erick. Tapi tadi kan, Agatha juga udah minta maaf kak. Kenapa disuruh minta maaf lagi?"

"Beda dong. Antara (Ya maaf) sama (Maaf yaa). Coba di renungin lagi. Kalau (Ya maaf) itu lebih ke kita terpaksa buat minta maaf. Kalau (Maaf yaa) itu lebih enak di denger. Gitu, paham nggak?" papar Aaron panjang lebar, mencoba menjelaskan dengan penjelasan yang bisa dipahami dan diterima oleh Agatha.

"Oh iya, iya. Baru paham. Jadi selama ini aku salah dong caranya? Oke, oke. Makasih kak Aaron." jawab Agatha sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia memahami penjelasan Aaron.

"Sip." kata Aaron.

"Sip juga deh." ungkap Erick ikut-ikutan.

Agatha menaikkan alisnya, bingung dengan tingkah Erick, "Dih, kenapa coba?" tanya Agatha, penasaran.

"Lah? Tadi kan minta maaf. Yaudah aku jawab sip juga deh. Ngikut bang Aaron. Gimana sih? Situ yang minta maaf, situ yang lupa. Suka bingung jadinya."

"Oh iya, baru inget kalau abis minta maaf. Maaf deh maaf kak. Lagian tiba-tiba, kan bingung." ucap Agatha membela diri.

"Iyain aja deh, daripada salah lagi ya kan bang?"

"Hahaha, setuju."

"Dih, kok gitu?" tanya Agatha, tidak terima.

"Lah? Kok ngatur? Yaudah sih, nurut aja. Diem gitu." debat Erick.

"Ih, apa sih. Kan tadinya mau bahas soal aku yang ngilang?! Kenapa jadi ngelantur gini sih Kak? Biasa mah Kak Erick."

Erick hanya bisa menghela napas dan pasrah menghadapi Agatha. Ia tidak mau membuang tenaga, hati dan pikirannya lagi. Lebih baik ia kembali fokus untuk mencoba mengingat perihal nama Adney yang terdengar cukup familiar di telinganya.

"Udah ah udah. Agatha udah. Erick juga udah. Diem dong. Debat mulu, kapan selesainya?" tanya Aaron yang mulai kelelahan mendengar perdebatan antar Erick dan Agatha.

"Aku udah diem bang. Itu aja Agatha, ngomong terus." timpal Erick membela diri.

"Lah? Kok aku lagi sih? Salah terus perasaan. Diem salah, ngomong salah. Kapan benernya dong?" ujar Agatha tak terima.

"Astaga. Disuruh diem juga. Diem kalian. DIEM!" ujar Aaron tegas cenderung meninggi.

Sontak, Erick dan Agatha langsung terdiam. Tidak berani melawan Aaron yang terlihat sudah mulai sangat kelelahan. Mereka bertiga pun memilih berdiam diri untuk beberapa saat. Baik Erick, Agatha ataupun Aaron memilih berdiam dulu. Tak berkutik dan mengeluarkan suara. Demi menghindari perdebatan yang tidak diinginkan seperti sebelumnya. Sampai akhirnya mereka memulai lagi diskusi mereka, tatkala Aaron mulai memperbincangkan hal yang mereka bahas sebelumnya.

"Okei, kita lanjut lagi. Kita bahas masalah tadi. Eh ralat, bukan masalah sih. Lebih ke diskusi aja. Jadi Agatha...." ujar Aaron berjeda.

Agatha merutuk pelan, "Jadi apa?"

"Jadi... Kamu yakin nggak, kalau kamu tadi menghilang terus pergi ke dunia yang kamu sebut dunia Adney itu? Kamu yakin 100 persen? Soalnya itu nggak masuk akal kalau kita telaah lebih dalam."

Mendengar itu, rasa antusias kembali menghampiri sosok Agatha. Jujur, ia senang membahas dunia Adney. Bahkan ia ingin menelusuri dunia Adney lebih dalam.

"Iya, aku yakin 100 persen. Aku nggak bohong kok. Beneran deh. Dunia Adney itu emang ada kak! Begitu juga sama Leon! Dia kurcaci yang sekarang jadi temen aku." pekik Agatha riang.

"Hah? Kurcaci? Di dunia ini ada kurcaci? Yang bener aja. Udah kayak di film-film Agatha! Kamu serius dong, jangan bohong. Emang beneran ada kurcaci?" tanya Erick tiba-tiba.

"Aku nggak bohong astaga. Serius kak! Beneran ada kurcaci! Dan namanya Leon. Oh ada lagi satu temennya, tapi aku lupa siapa namanya." jelas Agatha.

Setelah itu baik Erick maupun Aaron kembali terdiam untuk beberapa saat. Sementara Agatha terus saja mengoceh dan menjelaskan apapun yang dia ketahui soal dunia Adney. Apapun itu. Termasuk tentang Leon, Penyihir Aldric dan Ratu Elena. Semakin kesini, Erick seperti mendapatkan sebuah kilatan ingatan. Ia benar-benar merasa seperti memahami betul tentang dunia Adney. Tapi yang masih menjadi pertanyaan adalah, dimana dia mendengar nama itu?

"Hei, kak Aaron! Kak Erick! Kalian dengar aku nggak! Aku daritadi ngomong ngalor ngidul nggak kalian dengerin ya? Hiks, sakit hati aku!" tutur Agatha kesal.

Sebagai jawaban, Erick dan Aaron hanya menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal. Mau bagaimanapun mereka memberi alasan, tetap Agatha yang selalu benar. Rasanya ia ditakdirkan untuk salah sama sekali.

"Kak Aaron! Kak Erick! Jawab aku astaga!" ujar Agatha semakin kesal, waktu tahu baik Aaron dan Erick sama sekali tidak ada yang berminat untuk menjawab pertanyaan Agatha.

"Duh, iya-iya. Maaf yaa maaf Agatha. Hanya saja, rasanya itu nggak masuk akal sama sekali. Kamu bilang kamu menemukan pintu di perpustakaan milik Bibi Lisa? Sementara aku yang sering kesini, nggak pernah tuh nemuin pintu yang kamu bilang tadi. Aku rasa, tadi kamu hanya bermimpi Agatha. Oh ayolah, semuanya terdengar tidak masuk akal. Maaf ya, bukannya aku nggak percaya. Tapi... rasanya, itu nggak masuk akal sama sekali. Gimana menurutmu Rick? Kamu setuju kan?" keluh Aaron.

"Ya. Sebenarnya itu nggak masuk akal sama sekali Agatha. Walaupun aku seperti pernah mendengar nama-nama yang kamu sebutkan tadi. Tapi aku lupa, aku mendengar itu darimana. Cuman apapun itu, aku rasa itu semua nggak masuk akal. Bayangkan, ada dunia di dalam dunia. Terdengar nggak masuk akal kan?" timpal Erick menyetujui sekaligus menambah argument Aaron.

Agatha terduduk, "Tapi... Aku nggak bohong. Dunia Adney emang beneran ada! Sama kayak, Leon, Penyihir Aldric ataupun Ratu Elena. Mereka beneran ada! Aku nggak lagi mimpi! Aku pernah bertemu Leon. Dan Leon bilang, Penyihir Aldric dan Ratu Elena emang ada. Ayolah Kak, aku sama sekali nggak bohong, atau lagi mimpi."

"Dunia Adney beneran ada! Kalau kalian nggak percaya, ayo ikut aku. Aku buktikan ke kalian, kalau dunia Adney memang beneran ada. Dan aku nggak lagi bohong ataupun mimpi." ujar Agatha final.

Mau tidak mau, Erick dan Aaron pun mengikuti Agatha. Itung-itung memastikan apakah dunia Adney beneran ada atau hanya mimpi belaka?

Dan ya... Ternyata itu semua benar.