Dunia Adney yang Aaron dan Erick dengar ternyata itu semua benar adanya. Ya, benar. Apa yang Agatha katakan tentang dunia Adney, mulai dari seorang penyihir yang bernama Aldric, seorang ratu jahat yang berkuasa dan bernama Ratu Elena serta teman kurcacinya yang bernama Leon, itu semua benar! Benar! Benar bohongnya hehe.
Nyatanya baik Erick maupun Aaron tidak melihat adanya tanda-tanda kehidupan dibalik pintu perpustakaan yang Agatha tunjukkan kepada mereka berdua. Nihil! Tidak ada apapun disana. Justru yang Aaron dan Erick lihat adalah tumpukan barang-barang, kerdus, serta alat-alat milik Bibi Lisa yang disimpan dan sudah tidak terpakai.
"Jadi, dunia Adney yang kamu maksud itu ini Agatha? Kumpulan barang-barang dan alat-alat yang nggak kepake? Aku bingung, darimananya sih ini dingin? Katamu dingin, banyak salju. Banyak pohon. Tapi ini nggak ada apa-apa Agatha! Lagian, mana ada sih rumah di dalam rumah? Ya nggak bang?" tanya Erick.
Ia adalah orang pertama yang berkomentar. Karena ia paling tidak suka menanggapi hal-hal yang tadinya terlihat serius ternyata rekayasa alias nihil. Masih ingat kan, gimana seriusnya Agatha waktu membahas soal dunia Adney? Gimana exitednya dia waktu nyeritain semuanya. Mulai dari a sampai z. Mulai dari penyihir Aldric, Ratu Elena, Leon dan dunia Adney yang katanya sedang dikuasai oleh Ratu Elena yang jahat. Eh tau-taunya, nggak ada yang bener. Nggak ada yang namanya dunia Adney.
Aaron hanya diam, sesekali merespon perkataan Erick dan Agatha. "Iya, aku setuju. Maaf Agatha, justru aku bingung harus bersikap kayak gimana. Apa yang kamu bilang berbanding terbalik sama kenyataan yang ada. Kamu bahkan ngomong seolah-olah hal itu nyata. Seolah-olah dunia Adney emang ada. But the fact is? Zonk. So, what should we do now? Apa lagi yang mau kamu bilang Agatha? Sadar atau nggak kita seolah-olah ngabisin waktu dengan sia-sia. Bahkan, kita bawa topik soal Adney ini serius banget Agatha. Sampe kita berantem malah. Tapi nyatanya? Apa? Apa Agatha, apa? Kamu nggak capek apa? Aku capek Agatha. Jujur aku capek. Aku cuman pengen istirahat. Hidup dengan tenang. Nggak dibayangin problem sepele ataupun apapun itu. Honestly, isn't easy to forget our problem before. But, i must act like i don't have any problem. It's tired, but i must strong for you guys. For you. So, i begging you please, don't act like this again. Cause nyatanya, dunia Adney yang kamu bilang itu nggak ada Agatha."
Aaron menghela napasnya, kemudian meneruskan kembali perkataannya, "Mau ya? Maaf aku ngomong kayak gini. Bukannya apa-apa. Nggak bisakah kita hidup dengan tenang walau cuman sebentar?"
Tidak ada yang berkutik. Tidak ada. Agatha ataupun Erick terdiam. Semuanya terdiam mematung dan menundukkan pandangannya. Tidak ada yang berani menatap Aaron sekarang. Semuanya sunyi, sepi untuk beberapa saat. Yang terdengar hanya sisa-sisa gema suara Aaron beberapa saat yang lalu, suara angin yang berhembus pelan menghampiri mereka dan suara mobil atau kendaraan yang berlalu lalang di sepanjang jalan dekat tempat mereka. Itu saja. Selebihnya tidak ada suara apapun.
Dan entah kenapa, muncul rasa penyesalan, kesal, sedih, kecewa, serta bingung di dalam diri Agatha. Di satu sisi ia kesal, karena tidak ada yang mau mempercayai omongannya. Padahal sebenarnya, Agatha benar-benar berada di dunia Adney. Ia sama sekali tidak berbohong soal dunia Adney. Tidak. Sama sekali tidak. Namun ntah kenapa, ketika Aaron dan Erick mengikutinya ke tempat perpustakaan Bibi Lisa, mereka tidak menemukan dunia Adney yang ia maksud. Itu juga yang membuatnya bingung dan kesal. Kalau tidak ada, lantas kemana perginya dirinya beberapa waktu yang lalu?
Di satu sisi yang lain, ia menyesal sudah membuat Aaron dan Erick kelelahan bahkan kelimpungan menanggapi dirinya. Bahkan setelah Erick dan Aaron bilang kayak gitu, semakin meninggilah tingkat penyesalan Agatha. Kalau boleh jujur, Agatha sama sekali tidak memiliki niat untuk membuat Aaron dan Erick kelelahan. Sama sekali tidak. Apa yang ia lakukan hanyalah tindakan untuk mempererat hubungan diantara mereka bertiga. Tidak hanya itu tentu saja, sikap Agatha saat ini adalah bentuk penghiburan untuk dirinya. Ia tidak mau merasa sendiri. Toh, baik Erick ataupun Aaron pernah bilang kalau mereka berdua sudah menganggap dirinya seperti adik atau keluarga untuk mereka. Jadi, tidak ada yang salah bukan? Agatha nggak salah kan?
"A-aku, aku nggak tahu kenapa bisa jadi kayak gini. Aku nggak tahu kenapa pintu itu hanya berisi barang-barang atau alat-alat milik Bibi Lisa. Padahal sebelumnya, itu adalah jalanku menuju dunia Adney. Ayolah Kak Aaron, Kak Erick... Aku sama sekali nggak bohong. Aku serius, aku nggak bohong. Dunia Adney itu emang beneran ada!" papar Agatha.
Tiba-tiba saja ia menitikkan air mata. Melihat itu, Aaron dan Erick bingung. Harus bersikap bagaimana lagi? Mau Agatha bilang kalau dunia Adney itu beneran ada pun mereka nggak bisa percaya begitu aja. Karena kenyataannya, mereka tidak melihat adanya tanda-tanda bahwa dunia Adney itu memang ada. So, harus bersikap bagaimana mereka? Jatuhnya sekarang malah mereka yang kesannya salah. Ah, semua serba salah~
Dan akhirnya, untuk kesekian kalinya... Mereka memilih mengalah. Mau bagaimanapun, Agatha adalah seorang wanita. Sudah sangat wajar, ia cenderung sensitif.
"Yaudah, yaudah. Kita anggep masalah ini udah selesai aja ya Agatha. Nggak usah diperpanjang lagi. Gapapa ya? Bukannya nggak mau percaya, tapi... Ah udahlah, kita lupain soal ini ya?" pinta Aaron akhirnya.
Bukannya mereda, tangis Agatha malah semakin menjadi. Ia semakin tidak bisa mengontrol tangisnya. Isakannya pun semakin jelas terdengar.
"T-tapi kak, dunia Ad-ney itwu memwang massih ada. A-aku nggak bohwong. hiks hiks hiks." jawab Agatha tidak jelas.
Spontan, Erick dan Aaron menghela napas panjang. Mereka sudah menduga respon Agatha bakalan seperti ini.
"Iyaa, udah. Kita percaya. Udah ya, cup cup. Jangan nangis, takut Bibi Lisa denger." ujar Erick mencoba menenangkan.
Dan ya, Agatha malah semakin menangis! Kali ini, sampai Bibi Lisa datang.
"Aaron, Erick, Agatha. Itu siapa yang nangis" ujar Bibi Lisa dari luar kamar.
"Tuh kan, Bibi lisa denger. Berabe nih pasti. Udah ya Agatha, jangan nangis lagi. Iya iya, kita percaya kok." timpal Aaron.
"Iya, kita percaya kok. Kita percaya. Udah ya, jangan nangis." ucap Erick kemudian.
"Nggak ikhlas. Pasti terpaksa ya kan? Pasti terpaksa." jawab Agatha.
"Aaron? Erick? Agatha?! Hello? Kalian nggak papa kan?" tanya Bibi lisa sekali lagi.
"Bibi masuk ya. Kayaknya ada yang nangis soalnya." tambahnya.
Bibi Lisa pun masuk ke dalam. Saat melihat Agatha menangis, Bibi Lisa pun naik pitam.
"Heh?! Aaron! Erick! Ini Agatha kalian apain sampe nangis gini? Ha?!"