Disebuah gedung, sudah tampak banyak orang yang tengah berkumpul untuk menanti acara pernikahan yang akan di laksanakan pagi itu. Orang tampak berbincang-bincang dengan gembira satu sama lainnya, karena acara tersebut belum dimulai. Alisya yang datang bersama Adith dan ketiga anaknya tampak memakai baju berwarna putih yang senada dengan tema pernikahan tersebut.
Suasana penuh warna putih mengisi gedung, dimana di rangkaikan banyak bunga-bunga indah yang kontras dengan warna panggung serta langit-langit gedung tersebut. Pemandangan gedung tersebut sangat indah di tambah dengan kelap-kelip lampu serta alunan musik yang terdengar nyaman di telinga. Semua orang yang melihat seolah mereka sedang merasa berada di taman surga.
"Tempatnya indah sekali," ucap Eil memuji keindahan tempat tersebut.
"Apa pernikahan mama dan Papa dulu juga seindah ini?" tanya Yu dengan penuh antusias kepada kedua orangtuanya.
"Tentu saja," jawab Alisya dengan senyum lebar.
"Tapi kenapa fotonya tidak ada panggung seperti itu?" tunjuk Al pada panggung yang berisi enam kursi dengan kursi utama yang megah di bagian tengahnya.
Alisya dan Adith kembali mengingat dimana moment yang seharusnya berlanjut bahagia setelah mereka melakukan ijab kabul, tidak bisa mereka laksanakan karena saat itu Alisya menghilang.
"Sepertinya kau harus pergi sekarang ke tempat mempelai prianya. Aku akan terlambat jika terus berlama-lama disini," ucap Adith ketika melihat waktu di jam tangannya secara sengaja untuk mengalihkan perhatian anak-anaknya.
"Benar juga, sebentar lagi mereka akan kesini. Pergilah," ucap Alisya cepat.
"Oke para jagoan. Seperti biasa, kalian akan mengawal mama kalian dengan penuh kewaspadaan. Eil menjaga di sebelah kiri, Yu di sebelah kanan dan Al di bagian belakang. Oke?" tatap Adith dengan tegas kepada ketiga anaknya.
"Siap, komandan!" jawab mereka bertiga dengan kompak sembari memberi hormat dengan suara tegas. Adith terseyum gemas melihat tingkah ketiga anaknya. Setelah mengecup mereka satu persatu, Adith segera pergi.
Al yang tahu kalau ibunya tidak bisa berdiri terlalu lama, segera memberikan tanda kepada kedua adiknya untuk mengantarkan ibunya mencari tempat duduk. Alisya tersenyum puas melihat kepekaan ketiga anaknya tersebut.
"Kau sudah lebih dahulu sampai rupanya." Seseorang tiba-tiba saja mengejutkan Alisya. Alisya tampak terpesona ketika melihat Karin yang memakai gaun berwarna putih yang sama dengannya untuk menjadi pendamping wanita nantinya.
"Wah… Tante Karin cantik sekali," puji Yu dengan penuh semangat. Karin langsung tersipu malu oleh pujian dari Yu.
"Kau tidak sedang menggodaku, kan?" tatap Karin curiga, sebab Yu selalu saja bersikap iseng kepada Karin.
"Tante memang cantik. Sangat cocok dengan pakaian itu," Al yang terkesan pendiam dan tidak banyak berkata-kata telah memuji Karin membuat Karin jadi semakin tersipu malu.
"Sangat cantik!" Eil juga memuji dengan tersenyum lebar.
"Sepertinya apapun yang akan aku katakan sudah tidak berguna lagi, karena pujian dari ketiganya sudah cukup membuatmu untuk menghancurkan langit-langit gedung ini." Alisya hanya bisa tertawa pelan melihat tingkah malu-malu Karin.
Disaat Karin sedang terlena dengan pujian tiga kembar nakal tersebut tiba-tiba saja terdengar suara Gani yang akan mengatakan bahwa acara akan segera dimulai, sebab pengantin pria sebentar lagi akan berada di tempat tersebut.
"Sebelum acaranya dimulai, bagaimana jika kita pergi melihat pengantin wanitanya terlebih dahulu?" ajak Karin kepada Alisya. Alisya tampak mengangguk setuju, sebab ia juga sudah tidak sabar ingin melihat si pengantin wanitanya.
"Kalian disini sajaj dulu dan jangan kemana-mana. Mama hanya pergi sebentar saja dan akan kembali ke meja ini lagi," ucap Alisya kepada ketiga anaknya.
"Apa kami tidak boleh ikut?" Al tampak tidak ingin meninggalkan ibunya, meski tahu kalau ia akan pergi bersama dengan Karin.
"Kami sudah janji pada Papa, kalau kami akan selalu menjaga Mama." Eil juga berpikiran yang sama dengan kakaknya.
"Aku ikut yah, Ma? Kami akan berjaga di luar saja." Yu menatap Alisya dengan penuh permohonan, sehingga Alisya tidak bisa berkata apa-apa.
"Baiklah, para bodyguard cilik. Kalian boleh ikut, tapi kalian tidak bisa masuk ke dalam ruangan. Itu artinya kalian hanya bisa berjaga-jaga di depan saja. Tapi dengan satu syarat, kalian tidak boleh membuat kekacauan." Karin dengan tegas memberikan mereka peringatan.
"Tentu saja, serahkan padaku!" Yu menjawab dengan penuh percaya diri.
"Justru kau yang paling aku khawatirkan." Karin menatap Yu yang sudah melangkah lebih dahulu dengan penuh percaya diri.
"Tante terlalu berlebihan, aku itu anak yang baik." Yu memuji dirinya sendiri dengan tatapan yang lebih tegas seolah apa yang dikatakannya itu adalah sebuah kebenaran sejati.
"Oke, aku menyerah. Berdebat denganmu hanya akan membuatku mual," ucap Karin pasrah.
Mereka akhirnya pergi menuju ke tempat dimana pengantin wanita sedang menunggu pengantin pria datang dan memulai acara ijab kabul di gedung tersebut. Alisya dan Karin segera masuk begitu sampai di ruangan yang mereka tuju. Al, Eil dan Yu segera melakukan tugas mereka dengan berjaga di depan pintu. Semula ketiganya sangat serius dalam menjalakan tugasnya, namun setelah beberapa menit kemudian, Yu yang berjiwa bebas dan lebih aktif dibadingkan kedua kakaknya mulai merasa bosan.
Yu yang merasa bosan mulai berlarian ke kiri dan kekanan dengan gembira. Meski hanya sekedar berlarian di depan ruangan sembari menunggu ibunya, Yu seolah bisa menemukan cara untuk mengusir kebosanannya. Eil yang semula hanya melihat Yu, mulai tertarik dan aksi kejar-kejaran pun dimulai. Hanya Al seoranglah yang masih tetap di tempatnya sembari memperhatikan tingkah kedua adiknya yang berlarian sembari tertawa gembira.
Karin dan Alisya yang masuk ke ruang pengantin wanita, terkejut saat melihat kalau semua teman-temannya sudah berada di dalam dengan warna pakaian yang sama. Nuansa putih di dalam ruangan itu juga sangat terlihat, sehingga membuat Alisya merasa sangat nyaman melihat pemandangan tersebut.
"Alisya…" sapa Aurelia dengan penuh semangat begitu melihat Alisya dan Karin masuk. Dia juga dengan cepat datang menghampirinya untuk menggandeng tangan Alisya karena khawatir dengan usia kandungannya yang sudah semakin tua.
"Kalian terlihat sangat cantik, persis seperti bidadari di syurga. Aku harap anakku juga bisa se cantik kalian," puji Alisya dengan tulus sembari mengelus perutnya dengan lembut.
Pujian Alisya sontak membuat mereka semua tersenyum malu. Hari itu, mereka semua memang terlihat sangat cantik dan menawan. Meski memiliki warna gaun yang sama, namun model baju yang berbeda yang menyesuaikan dengan bentuk tubuh mereka membuat aura mereka terpancar keluar.
"Tapi tentu saja, kaulah bintangnya hari ini. Kau sangat cantik sekali, Yani. Aku benar-benar takjub melihatmu. Seolah semua bidadari di syurga akan iri melihat kecantikanmu ini," puji Alisya sembari menatap wajah Yani dengan lekat. Yani tersipu malu dan menunduk dalam. Pujian Alisya membuatnya semakin merasa gugup.
"Jangan khawatir, semuanya pasti akan baik-baik saja. Aku yakin, kalau Rinto pasti bisa melakukan ijab kabul dengan baik dan lancar." Karin langsung menghampiri Yani yang tampak gemetaran sambil mengenggam sebuket bunga.
"Arggghhh… Melihatmu seperti ini, membuatku ingin segera nikah." Karin berteriak dengan frustasi. Melihat Karin yang tampak kesal dan marah membuat mereka semua tertawa.
Mereka kembali mengingat seminggu yang lalu, dimana hari itu harusnya Karin melaksanakan pernikahan namun harus tertunda karena luka Ryu habis sunatan belum sembuh. Ryu yang sebelumnya tidak beragama, harus menjadi mualaf karena menikahi Karin. Dan salah satu syarat masuk ke agama yang sama dengan Karin selain mengucap Syahadat adalah dengan sunat bagi laki-laki.
"Kau yakin, kalau kalian semua melakukan hal yang sama?" tatap Ryu kepada Adith dan teman-temannya ketika akan memasuki ruang operasi.
"Kami semua melakukan hal yang sama, tapi bedanya kami melakukannya saat masih remaja dulu." Zein menjawab dengan tatapan licik menggoda Ryu.
"Jangan khawatir, kamu pasti akan baik-baik saja. Prosesnya juga tidak lama," ucap Rinto menenangkan Ryu.
"Apa tidak ada cara lain selain yang kalian katakan itu? Hanya dengan membayangkanya saja, rasanya sudah membuatku merinding. Seandainya bisa, aku lebih memilih untuk membasmi satu geng yakuza meski harus mengalami luka berat dibanding harus mengalami luka di senjata pusakaku. Apa itu tidak akan membuat bendaku jadi kekurangan fungsi?" tanya Ryu dengan wajah penuh permohonan.
"Tentu saja ada banyak cara sunat. Ada yang tradisonal, konvesional, Electrik cauter, klem dan juga Laser. Kamu mau yang mana? Aku bisa melakukan semuanya untukmu. Sunat juga tidak membuat semua senjatamu di pangkas habis, sebab yang dibuang atau diambil hanyalah kulitnya saja." Adith memberikan banyak pilihan kepada Ryu, meski tahu kalau bukan itu yang dimaksudkan olehnya.
"Bukan itu. Apa tidak ada cara lain selain sunat?" tanya Ryu dengan serius.
"Tidak ada, sebab itu adalah wajib bagi laki-laki. Terutama jika wanita yang harus kamu nikahi memiliki syarat itu dalam agamanya," Ucap mereka semua dengan tegas.
"Satu-satunya cara kalau kau tidak ingin di sunat adalah membatalkan pernikahanmu dengan Karin." Karan datang menghampiri mereka setelah mendengar percakapan mereka sebelumnya.
"Jika Karin melihatmu seperti ini, dia tentu akan sedikit sedih." Gani sengaja membawa nama Karin agar bisa membuat Ryu mempertimbangkan keputusannya dan berani mengambil langkah.
"Apa kau yakin, ingin membatalkan pernikahanmu dengan Karin? Kau benar-benar serius untuk menikahinya bukan?" Riyan menatap Ryu yang tampak tertunduk membenarkan apa yang dikatakan oleh mereka.
"Tentu saja aku serius. Aku sudah tidak bisa hidup jika harus kehilangan dia lagi," jawab Ryu dengan tegas.
"Kalau begitu, tidak ada waktu lagi untuk ragu. Dua minggu lagi kalian akan melaksanakan pernikahan. Jika kamu tidak melakukannya sekarang dan terus menundanya, aku tidak yakin kamu bisa melaksanakan pernikahanmu nanti." Adith dengan serius memberikan dukungannya kepada Ryu.
Ryu yang merasa tidak ada jalan lain lagi, pada akhirnya memilih untuk melakukannya. Meski sedikit merasa takut, memikirkan kalau hal itu adalah salah satu syarat untuk dapat menikahi Karin membuatnya tidak berpikir panjang lagi. Ryu yang akhirnya menyerahkan urusan sunat tersebut kepada Adith telah selesai menjalaninya. Akan tetapi, begitu sampai ke hari yang sudah di tunggu-tunggu, Ryu ternyata masih belum bisa bergerak dengan lebih leluasa sehingga acara pernikahan mereka terpaksa di undur dua minggu kemudian.