"Lalu sekarang aku harus bagaimana?" Dia menyela langkah kaki milik lawan bicaranya. Membuat keduanya kini saling menoleh dan memandang satu sama lain.
Sepertinya dia pada akhirnya mulai menyerah.
"Sekarang jalannya terasa begitu buntu dan aku tidak tahu kemana aku harus pergi. Kau bahkan tidak mau menjawab di manakah kau berada. Lalu kau ingin aku melakukan apa?"
Daeva memandang wajahnya. Meskipun dia membenci dan tidak suka kehadirannya sejak awal, tetapi dia masih punya hati untuk mengatakan bahwa kadangkala dia merasa iba dengannya. Hanya dia yang dapat bertahan dan tersisa dari semua yang terjadi pada keluarganya. Dia kehilangan orang yang yang dia cintai satu persatu tanpa menyisakan satupun.